Mungkin sebagian dari kita tidak begitu mengenal apa yang sebenarnya terjadi di balik layar, di ruang guru, atau di ruang Bimbingan Konseling (selanjutnya ditulis BK). Dari sudut pandang siswa, interaksi guru dan guru BK bukan hanya tentang administrasi atau aturan sekolah, tetapi juga tentang kesejahteraan psikologis siswa dan bagaimana siswa dapat mencapai potensi yang sebenarnya. Guru BK berperan sebagai konselor yang mendengarkan keluh kesah siswa, memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi, serta membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial dan emosional. Mereka juga bertugas untuk mendeteksi dini tanda-tanda masalah mental atau perilaku yang mungkin dihadapi siswa. Dengan demikian, guru BK menjadi garda terdepan dalam menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan mendukung perkembangan holistik siswa.
   Pertemuan antara BK dan guru-guru adalah titik temu penting dalam hidup siswa. Itu bukan sekadar rapat rutin atau tugas di kalender mereka. Itu adalah momen ketika mereka berbicara tentang siswa, bukan hanya sebagai siswa yang belajar matematika atau bahasa Indonesia, tetapi sebagai individu dengan perasaan, ketakutan, dan impian siswa. Sering kali, siswa merasa terharu ketika mengingat bahwa mereka peduli dengan apa yang terjadi di luar nilai-nilai ujian para siswa. Siswa merasa dihargai sebagai pribadi yang unik dan mendapatkan dukungan untuk mengatasi berbagai tantangan. Pertemuan ini juga memberikan kesempatan bagi guru untuk merancang strategi pembelajaran yang lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan setiap siswa.
   Satu contoh, Bapak Anton, guru matematika yang tegas tapi berhati hangat, berbicara dengan guru BK tentang kecemasan siswanya dalam belajar matematika. Guru BK bukan hanya memberikan tips belajar, tetapi juga dukungan emosional yang membuat siswa tersebut merasa lebih percaya diri. Itu benar-benar membuat perbedaan besar dalam menghadapi pelajaran tersebut. Siswa tersebut akhirnya menunjukkan peningkatan signifikan dalam prestasi akademiknya. Kolaborasi ini menunjukkan bahwa perhatian dan kerjasama antara guru dan BK dapat memberikan dampak positif yang mendalam bagi perkembangan siswa.
   Tidak hanya itu, mereka juga membantu mengidentifikasi masalah yang lebih dalam. Misalnya, ketika Ibu Anita, guru Bahasa Indonesia yang ramah, mendengar tentang masalah siswa dalam berinteraksi sosial di kelas, dia langsung berkoordinasi dengan BK untuk mencari solusi. Mereka tidak hanya mendengarkan keluhan siswa, tetapi berusaha menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua siswa. Dalam beberapa kasus, mereka bahkan melibatkan orang tua untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang situasi yang dihadapi siswa. Pendekatan ini memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan dukungan yang komprehensif dan berkelanjutan.
   Bagi siswa, ini bukan hanya tentang mendapatkan nilai bagus atau lulus ujian. Ini tentang merasa diterima dan didukung di sekolah. Saat guru BK dan guru-guru bekerja bersama, mereka tidak hanya mengajar kepada siswa pelajaran di buku teks, tetapi juga pelajaran kehidupan sehari-hari. Mereka mengajarkan kepada siswa pentingnya kesehatan mental, bagaimana cara mengelola stres, dan bahkan menghargai perbedaan di antara siswa. Mereka membantu siswa memahami bahwa setiap orang memiliki perjuangan dan tantangan masing-masing. Dengan demikian, siswa belajar untuk lebih empati dan memiliki keterampilan sosial yang lebih baik.
   Kolaborasi ini tidaklah mudah, kita tahu itu. Mereka pasti memiliki tantangan dan perbedaan pendapat mereka sendiri. Namun, mereka menyatukan keahlian mereka untuk kebaikan siswa. Mereka mengingatkan siswa bahwa tidak ada yang salah dengan merasa terlalu tertekan atau terlalu cemas, dan bahwa ada orang-orang di sekolah ini yang siap membantu siswa melewatinya. Mereka menunjukkan bahwa dengan kerjasama, berbagai masalah dapat diatasi secara lebih efektif. Ini memberikan siswa rasa aman dan kepercayaan diri bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi kesulitan.
   Jadi, ketika kalian mendengar tentang kolaborasi antara guru BK dan guru mata pelajaran, ingatlah bahwa ini adalah tentang siswa yang mencoba menavigasi masa remaja ini dengan baik. Mereka adalah pilar yang mendukung siswa untuk mencapai potensi terbaik. Jadi, terima kasih kepada mereka yang menghabiskan waktu mereka untuk memastikan bahwa para siswa tidak hanya belajar, tetapi juga tumbuh sebagai individu yang lebih baik setiap hari.
Deny Nugroho, Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang
Muslikah, S.Pd., M.Pd., Dosen Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi, Universitas Negeri Semarang
Rossi Galih Kesuma, S.Pd., M.Pd., Dosen Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi, Universitas Negeri Semarang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H