Mohon tunggu...
Deny Arianto
Deny Arianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Akun Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Jurnalistik.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Kontestasi Politik Jawa Timur 2024: Koalisi Partai Terpecah, Kandidat Gubernur Mulai Unjuk Gigi

20 November 2024   18:46 Diperbarui: 20 November 2024   18:50 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
3 perempuan bakal calon gubernur Jatim 2024 dan pasangannya (Grafis: Maulana/mili.id 

Surabaya, 20 November 2024 -- Jelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur 2024, dunia politik di provinsi dengan lebih dari 40 juta jiwa ini semakin memanas. Isu-isu strategis mengenai koalisi partai, calon yang akan bertarung, serta dinamika politik lokal kini jadi topik hangat di kalangan masyarakat. Meski Pemilu masih beberapa bulan lagi, kontestasi politik di Jatim sudah mulai menunjukkan tanda-tanda ketegangan.

Koalisi Partai yang Terpecah:

Salah satu dinamika yang cukup mencolok adalah terpecahnya beberapa koalisi partai besar yang sebelumnya dianggap solid. Di satu sisi, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), yang memiliki pengaruh besar di Jawa Timur, dikabarkan masih mempertimbangkan beberapa figur untuk diusung sebagai calon gubernur. Nama Puan Maharani, Ketua DPR RI, menjadi pilihan utama PDI-P, meskipun masih ada beberapa nama lainnya yang disebut-sebut berpotensi. Keputusan ini dinilai penting, karena PDI-P membutuhkan strategi solid untuk mempertahankan dominasi mereka di Jawa Timur.

Namun, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), yang memiliki basis suara kuat di kalangan Nahdlatul Ulama (NU), tampaknya mulai menurunkan tingkat kesetiaannya terhadap PDI-P. PKB yang sebelumnya merupakan sekutu utama PDI-P, kini mencari dukungan untuk calon lain, yang kemungkinan besar adalah Khofifah Indar Parawansa, gubernur incumbent. Kekuatan Khofifah di kalangan warga NU dan pemilih tradisional Jawa Timur membuatnya tetap menjadi calon yang kuat, meskipun hubungan partai politik saat ini lebih dinamis dan terbuka.

Di sisi lain, Partai Gerindra yang juga semakin menancapkan pengaruhnya di Jawa Timur, terlihat tidak ingin kalah bersaing. Gerindra diperkirakan akan mencalonkan Saifullah Yusuf (Gus Ipul) sebagai alternatif dari dua nama besar tersebut. Gus Ipul yang merupakan mantan Wakil Gubernur Jatim dan memiliki jaringan luas di daerah, dipercaya mampu menarik dukungan dari kalangan masyarakat menengah ke bawah dan mereka yang kecewa dengan kepemimpinan saat ini.

Kandidat Baru, Muda dan Dinamis:

Selain kandidat lama, muncul juga nama-nama baru yang membawa angin segar dalam dunia politik Jawa Timur. Salah satunya adalah Moch. Nur Arifin, Bupati Trenggalek yang dikenal dengan gebrakan pembangunan di daerahnya. Sosok muda yang dinilai cerdas dan dekat dengan rakyat ini memiliki peluang untuk menjadi pilihan baru bagi pemilih muda yang mendambakan perubahan.

Kemunculan nama-nama baru ini memperlihatkan bahwa Pilgub Jawa Timur 2024 tidak hanya diwarnai oleh pertarungan antara politisi lama, tetapi juga menjadi ajang bagi generasi muda untuk tampil lebih banyak dalam panggung politik.

Polarisasi dan Isu Sosial:

Meskipun pesta demokrasi ini semakin dekat, Pilgub Jatim kali ini juga diprediksi akan diwarnai oleh polarisasi yang lebih tajam. Di tengah ketegangan antarpartai, isu sosial yang lebih sensitif seperti masalah kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan pembangunan daerah akan menjadi tema utama dalam debat calon gubernur. Persaingan untuk mendapatkan dukungan dari kalangan masyarakat yang merasa terpinggirkan bisa menjadi salah satu titik tolak bagi kandidat untuk memperkenalkan program-program perubahan.

Terlebih lagi, Jawa Timur adalah provinsi yang memiliki keragaman sosial dan etnis, yang menjadikannya tempat ujian bagi para calon dalam menjaga keharmonisan dan kestabilan politik. Isu keberagaman, pengelolaan sumber daya alam, serta kesetaraan kesempatan bagi seluruh lapisan masyarakat diperkirakan akan menjadi sorotan utama.

Tantangan Media dan Kampanye Negatif:

Sebagai tambahan, isu mengenai penyebaran berita hoaks dan kampanye negatif juga menjadi perhatian serius. Para calon gubernur diperkirakan akan saling menyerang melalui media sosial, dengan memanfaatkan berbagai isu yang bisa mempengaruhi opini publik. Sebagai daerah dengan tingkat literasi media yang semakin tinggi, Jawa Timur tidak lepas dari risiko penyebaran informasi yang tidak akurat, yang bisa memperburuk polarisasi dan mengganggu jalannya kampanye yang sehat.

Kesimpulan:

Dengan berbagai dinamika yang berkembang, Pilgub Jawa Timur 2024 tampaknya akan menjadi salah satu ajang politik yang paling menarik untuk disimak. Koalisi partai yang terpecah, munculnya calon-calon baru yang lebih muda, serta isu sosial yang mendalam akan mempengaruhi jalannya Pemilu di provinsi ini. Waktu akan memperlihatkan bagaimana koalisi ini terbentuk, dan siapa yang akhirnya mampu mengumpulkan dukungan mayoritas untuk memimpin Jawa Timur menuju perubahan yang lebih baik.

(Reporter: [Deny Arianto], Editor: [Deny Arianto])

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun