Mohon tunggu...
Deny Adiyanta
Deny Adiyanta Mohon Tunggu... -

Talenta dan Semangat akan memberikan warna dalam kehidupan yang dijalani. Dipercayakan perkara yang lebih besar karena setia dalam perkara kecil.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Aroma Daya Tarik yang Fatal

15 Februari 2012   06:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:37 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://klimg.com/bola.net/library/photoshot/0000000286.jpg

[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="http://klimg.com/bola.net/library/photoshot/0000000286.jpg"][/caption]

Setiap kita akan menghadapi hal-hal yang akan menarik hati kita, ketika keinginan tersebut dipenuhi akan memberi kepuasan. Sama seperti seorang yang lapar dan ia ingin makan makanan kesukaannya semisal ayam goreng dengan nasi yang hangat disertai minum es teh. Maka hal itu akan memberi kepuasan atas rasa laparnya. Aroma ayam goreng yang dibayangkan serta didukung rasa lapar akan menggerakkan keinginannya menjadi suatu kenyataan. keinginan tersebut memang tidak salah. Tetapi ketika manusia terpikat oleh aroma daya tarik sensualitas yang tersaji dalam Film, Iklan TV, video klip lagu, buku, dan majalah baik yang secara yang nyata jelas ataupun tersamar. Mungkin kita berpikir itu sah saja karena diperuntukkan untuk usia dewasa (21+) tetapi apakah kita pernah berpikir akibatnya? Seseorang hanya ingin tertuju kepada sensasi kepuasan atas keinginannya. Keinginan makan membutuhkan selera untuk mencapai kepuasan. Tetapi harus diingat keinginan sensualitas berbeda dengan hal tersebut. Makan memang kebutuhan yang harus dipuaskan. Keinginan sensualitas hanya akan memuaskan hasrat dan bertahan pada tingkat perasaan. Makan memberi kepuasan pada tingkat kebutuhan tubuh supaya sehat. Jika tidak makan maka akan sakit. Jika keinginan sensualitas tidak dipuaskan maka akan gelisah. Dari hal ini kita tahu antara pemenuhan sebuah kebutuhan dan kecanduan.

Aroma daya tarik sensualitas akan terus tersaji baik secara jelas(vulgar) ataupun tersamar. Jika hal ini telah menjadi suatu kecanduan akan berakibat tidak baik. Khususnya bagi para pemuda akan jatuh pada sex bebas atau percabulan, bagi yang sudah mempunyai istri akan mendorongnya untuk selingkuh (tidak setia pada Istri). Orang mungkin akan berdalih: saya tidak demikian, hanya mencicipi sedikit aromanya. Ingat awalnya sebuah kecanduan dimulai dengan coba-coba disertai rasa penasaran yang tidak tertahankan.

Kita akan berpikir kalau kita menghindar hal ini sulit karena kita dikelilingi oleh aroma daya tarik sensualitas tersebut. Lantas apa yang bisa kita lakukan? Dengan beragama kita mencoba mengobati kecanduan tersebut. Tapi hal tersebut bisa muncul kapan saja dikemudian hari karena masih saja kita dikelilingi aroma-aroma tersebut hingga membuat kita mencicipi secara tersamar hingga rasa penasaran bertumbuh menjadi daya tarik yang ingin dipuaskan. Bisa jadi kita melakukannya secara sembunyi-sembunyi dengan pacar, selingkuhan, media komunikasi visual dan cetak. Itu berarti agama hanya seperti topeng atau dikatakan penundaan sesaat hingga kecanduan terulang kembali. Ditengah hasrat yang ingin dipuaskan, ada 2 pilihan yakni terus hanyut oleh daya pikat tersebut atau berkomitmen menolak dengan tegas. Jika membiarkan hanyut akan berakibat fatal bagi kehidupan kita dan orang lain disekitar kita. Jika menolak berarti akibat fatal juga kita tolak.

Bila kita berpikir kembali, tertarik pada daya tarik sensualitas merupakan kerapuhan kita sebagai manusia terutama bagi seorang pria. Kerapuhan ini tidak mungkin tertopang oleh usaha sendiri, karena diri kita pun rapuh masakan menopang suatu kerapuhan. Sekalipun demikian yang dibutuhkan yakni penyerahan diri untuk mau menolak. Yesus Kristus adalah Imam Besar kita yang turut merasakan kerapuhan sebagai manusia yakni dicobai untuk terpikat pada aroma daya tarik oleh si Iblis. Namun, Ia menang menghadapinya dengan menolaknya dengan bertopang pada Firman Tuhan.  Didalam Firman Tuhan terkandung kehendak Tuhan. Persoalan aroma daya tarik sensualitas bertumpu pada kita menuruti kehendak Tuhan berarti taat dengan menolak untuk dipuaskan. Jika menuruti kehendak sendiri berarti membiarkan dosa yang sudah mengintip di depan pintu kita biarkan masuk. Bila sampai berulang kali gagal taat berarti selama ini hidup kita dikuasai kehendak sendiri. Tingkat kepuasan hanya pada hasrat nafsu yang sekilas memuaskan tapi tidak membangun kehidupan malahan akan menuntun kepada akibat yang fatal dikemudian hari. Ketika dengan sepenuh hati mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan atas hidup kita maka hendaklah memegang kehendakNya yakni dengan menolak segala aroma daya tarik sensualitas baik yang terlihat jelas ataupun tersamar. Butuh keberanian untuk menghadapi rasa gelisah karena kecanduan dan memohon kepada Tuhan supaya diberikan Damai sejahteraNya supaya keinginan hati yang sedang ribut ditenangkan oleh Damai sejahteraNya. Dan mengakui segala dosanya karena sering berulang kali bertumpu pada kehendak diri. Rasakan DamaiNya yang akan memberikan kelegaan demi kelegaan seraya kita memohon pertolonganNya dalam doa. Bertumpulah pada kehendakNya yang penuh kasih karunia. Tuhan Yesus akan menolong kerapuhan kita ini dengan kuat kuasaNya. Sebab Ia telah menang menghadapi pencobaan maka Ia sanggup menopang kerapuhan kita.

Ya Tuhan Allah yang penuh kasih karunia, ampunilah saya yang selama ini bertumpu pada kehendak diri sendiri. Atribut agama hanya sekedar topeng untuk menyembunyikan kerapuhan ini. Saya mau hidup dalam kehendakMu. Ya Tuhan tolonglah, pertolonganMu yang ku nantikan karena akan meredakan kegelisahanku akibat terpikat pada aroma-aroma sensualitas yang membuat mabuk sehingga hanya ingin dipuaskan. Kini saya mengerti hal ini akan membawa kehancuran di kemudian hari jika diteruskan dalam kemabukan aroma-aroma sensualitas. Saya memohon pertolonganMu. Berikanlah Damai sejahteraMu. Ya Tuhan Yesus tolonglah. Aku berseru memohon. Amin

Oleh: Deny Adiyanta

31 Desember 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun