Surat Miho..
Mencintaimu sepanjang setengah dasawarsa ini begitu menyakitkan. Mengapa harus dirimu yang aku cinta? Padahal mungkin aku memiliki harapan pada yang lainnya. Kali ini rasanya mengingat namamu saja aku tak ingin apalagi bertemu dirimu, mungkin aku segera berpaling. Jika dikatakan apakah aku telah menyesal mencintaimu sesungguhnya tidak, namun akupun tidak bahagia menyukaimu. Bagiku kau hanya serpihan kisahku di masa lalu yang hingga kini tiada pernah menemukan kebenarannya. Sebenarnya ini bukan salahmu, inilah penyesalanku telah mengakhiri bahkan sebelum itu dimulai. Dahulu aku menyerah pada keadaan, dan berharap waktu kan menjemputnya, bagai rangkaian kisah ,untukmu waktu tak berpihak padaku. Cintaku bertepuk sebelah tangan, memang karena aku yang menginginkan. Tiada sepatah katapun aku ucapkan, tiada sedetikpun lidahku mengatakan bahwadirimulah impian. Aku sendiri yang menguburmu dalam-dalam, menyesak dalam kerinduan meskimengharapkan tapi langkahku mematikan. Lelah merangkai frasa demi frasa untuk melukiskan cintaku, tapi aral tiada mempedulikan. Kini aku tak ingin lagi mengejar cintamu, seperti saat berlari meraih bayangmu, sesak nafasku, perih hatiku merintih hingga kinipun kau tak mengerti. Perlahan kuhapus wajahmu dari pandanganku , demi impianku tiada lagi untukmu. Surat ini kukirimkan pada kekasih sebagai tanda aku menyerah pada penantianku. Di masa depan ku berharap tiada kau lagi dalam hidupku, dan hidupmu juga bukan untukku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H