Mohon tunggu...
Deny EkoSetyawan
Deny EkoSetyawan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi menulis dan futsal.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Trampil Nembang Macapat Gambuh melalui Media P2IE-GAL (Best Practices)

29 November 2023   21:49 Diperbarui: 29 November 2023   22:29 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kondisi yang menjadi latar belakang masalah

Menurunnya kemampuan berbahasa Jawa standar pada lingkungan usia remaja bahkan usia dewasa menimbulkan perasaan yang menyedihkan sekaligus rasa ketakutan yang amat tinggi, penggunaan Bahasa Jawa standar di lingkungan mereka, lebih kusus di daerah Kota Surabaya sangat memprihatinkan, mulai dari usia anak-anak yang terbiasa menggunakan Bahasa Dialek daerah setempat tanpa memandang usia saat berkomunikasi, terlebih pengaruh penggunaan Bahasa Indonesia yang sangat cepat berkembang dan menjadi bahasa "aman" untuk berbicara dengan orang lain disekitarnya. 

Hal ini tentu berhubungan dengan beberapa faktor yang menjadikan mereka sangat jarang menggunakan Bahasa Jawa standar sesuai tingkatan yang seharusnya digunakan dikehidupan sehari-harinya. Faktor yang menyebabkan sangat minimnya penggunaan Bahasa Jawa standar diusia remaja sampai dewasa adalah sebagai berikut: 1. Kebiasaan di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat yang menggunakan bahasa Indonesia dan dialek ngoko (Chindo). 2. Kurangnya pengetahuan orang tua untuk terhadap penggunaan Bahasa Jawa. 3. Kurangnya pengetahuan tentang kosa kata Bahasa Jawa standar. (ngoko-krama) 

Mengapa praktik ini penting untuk dibagikan

Penerapan berbagai strategi untuk pembelajaran tahap awal adalah dengan cara membuat peserta didik merasa senang dan suka terhadap pelajaran Bahasa Jawa terlebih dahulu. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memantik minat peserta didik untuk mempelajari Bahasa Jawa. Lebih jauhnya untuk menerapkan Bahasa Jawa standar dikehidupan bermasyarakat. Kegiatan yang menarik dan menyenangkan bagi peserta didik dan tentunya juga bagi guru sangat penting diterapkan pada kegiatan pembelajaran. 

Hal ini untuk memulai rasa ketertarikan bagi peserta didik untuk pembelajaran Bahasa Jawa, saya rasa akan sangat berguna dan bermanfaat untuk pembelajaran Bahasa Jawa dimanapun diterapkan. Tentu masalah tentang kurang tertariknya peserta didik terhadap pelajaran Bahasa Jawa sudah menjadi hal yang umum dimanapun tempatnya, khususnya pada anak usia remaja yang masih labil dalam menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. 

Peran dan tanggung jawab seorang guru tentu sangat besar dalam kegiatan seperti ini, yang sangat jelas dan menjadi fokus adalah untuk menumbuhkan ketertarikan peserta didik pada pembelajaran Bahasa Jawa, dengan cara menerapkan model pembelajaran yang inovatif dan tentu menarik akan mempengaruhi keberhasilan tujuan untuk menumbuhkan ketertarikan peserta didik pada pembelajaran Bahasa Jawa ini. Beberapa tantangan tentu saja ada dalam setiap kegiatan seperti ini, seperti halnya dari diri peserta didik sendiri, antara lain: 

1. Kurangnya pengetahuan untuk menerapkan Bahasa Jawa sesuai tingkatan (undha-usuk) 2. Kurangnya kosa kata Bahasa Jawa 3. Kurangnya ketertarikan untuk mempelajari Bahasa Jawa standar 4. Kurangnya ketertarikan untuk menerapkan Bahasa Jawa standar 5. Penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang "aman" saat berbicara dengan orang lain/orang yang lebih tua. Tentu dengan berbagai kekurangan yang timbul dari peserta didik bisa lebih menjelaskan bagaimana tantangan sebagai guru untuk memantik ketertarikan peserta didik untuk terus mempelajari, mengetahui dan menerapkan Bahasa Jawa pada kehidupan sehari-hari. Faktor yang juga ikut menyumbang adanya tantangan untuk ketercapaian yang akan dituju tidak hanya dari diri peserta didik, tetapi juga dari lingkungan keluarga, antara lain: 

1. Kurangnya rasa peduli orang tua terhadap bahasa yang digunakan anak di lingkungan rumah 2. Pengaruh pergaulan di lingkungan rumah yang sangat jarang menggunakan undha-usuk basa. 3. Perbedaan suku dan ras dari siswa. Tentu hal tersebut menimbulkan tantangan yang juga tidak kalah berat untuk ketercapaian yang diharapkan, hal ini disebabkan jam tatap muka peserta didik, dan durasi komunikasi yang dilalui peserta didik masih jauh lebih banyak di lingkungan keluarga dan juga masyarakat. Tantangan yang terakhir jelas dari guru sendiri, tentang wawasan guru yang masih jauh dari kata kaya mengenai media pembelajaran yang inovatif dan yang menarik. Tentu guru selalu berusaha untuk terus menggali dan mencari inovasi yang bisa mencapai tujuan dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut?

Tantangan yang dihadapi dari inovasi pembelajaran ini adalah guru masih bingung terhadap pilihan pembelajaran yang diberikan. Dalam power point interaktif yang diberikan yaitu berupa media quizizz. Dalam media tersebut ada dua cara dalam memberikan ke siswa. Pertama dengan cara live learning. Kedua dengan cara homework learning. Cara pertama lebih mudah dan lebih terarah. Hal ini diseabkan karena kendali power point ada pada guru. Pada setiap lembar power point akan berpindah kalau guru memindah. Cara kedua lebih fleksibel. Artinya, siswa dengan sesuka hati dapat membaca materi bahkan mengerjakan penilaian sebelum waktunya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun