Ada empat perkara yang merupakan implikasi dari iman kepada Rasul:
Pertama, beriman bahwa risalah mereka benar adanya berasal dari Allah Ta'ala.
Siapa yang ingkar terhadap kerasulan salah satu dari mereka berarti mengingkari (kafir) terhadap rasul-rasul seluruhnya. Sebagaimana firman Allah Ta'ala
"Kaum Nuh telah mendustakan para rasul." (Asy-Syuara: 105)
Allah menjadikan mereka sebagai pendusta seluruh rasul padahal saat itu mereka hanya mendustakan Nuh.
Atas dasar ini maka orang nasrani yang mendustakan Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan tidak mengikutinya sesungguhnya telah mendustakan Al Masih bin Maryam. Dengan kata lain, dalam hal ini mereka tidak mengikuti (menaati) Al-Masih.
Apalagi Isa Al Masih  telah memberi kabar gembira kepada nashara akan Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan tidak ada makna lain dari kabar gembira itu kecuali bahwa Muhammad itu adalah utusan Allah bagi mereka yang kelak menyelamatkan mereka dari kesesatan dan memberi mereka petunjuk kepada jalan yang lurus.
Kedua, implikasi beriman kepada para rasul: beriman kepada nama-nama nabi dan rasul yang diajarkan kepada kita seperti: Muhammad, Ibrahim, Musa, Isa, dan Nuh' alaihimusshalatu wassalam.
Kelima nama di atas disebut sebagai 'Ulul Azmi minar Rusul' (rasul yang tingkat kesabarannya paling tinggi).
Tentang mereka ini Allah Ta'ala telah sebutkan di dua tempat dalam Al-Qur`an.
Pertama dalam  surat Ahzab, "Dan ketika Kami ambil perjanjian yang teguh (al-mitsaaq) dari para nabi dan dari engkau dan dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa bin Maryam." (Al-Ahzab: 7)