This is the year of spy movie. Setelah Kingsman: The Secret Service yang kental akan british style-nya dan SPY yang berbalut komedi, kita kembali disuguhkan oleh film spionase mainstream. Mission Impossible: Rogue Nation (MI5) menjadi pertanda kembalinya agen rahasia tanpa "embel-embel lain" seperti dua film diatas (jangan lupa, nanti masih ada Mr. Bond dan Napoleon Solo yang juga merupakan agen rahasia "murni"). Instalemen kelima dari Mission Impossible series ini juga menjadi bukti bahwa sang aktor masih belum habis. Maklum, karir Tom Cruise setelah Mission Impossible: Ghost Protocol seperti menurun sebelum akhirnya diselamatkan oleh live action mangaka Jepang, All You Need is Kill, dan tak bisa dibantah bahwa Cruise memang sudah melekat dengan imej Ethan Hunt. Ia seperti Arnold Schwazeneger dengan T800-nya, dan juga Sylvestre Stallone dengan Rocky Balboa atau Rambo. Atau jika ingin lebih modern dan sekelas dengannya, Matt Damon dengan Jason Bourne bisa jadi perbandingan. Mission Impossible tanpa Tom Cruise bagai sayur tanpa garam.
MI5 menjadi kelanjutan dari Ghost Protocol dimana agent Hunt memburu kelompok bernama The Syndicate (bisa dilihat dari ending MI4). Hunt pun ditemani oleh partner setianya seperti Brandt (Jeremy Renner, kali ini tanpa jubah dan panah), Luther (Ving Rhames, yang setia menemani Cruise sejak film pertama) dan Benji Dunn (Simon Pegg, tentu saja, siapa lagi kalau bukan Pegg!!!). Meski minus Paula Patton, setidaknya Rebecca Ferguson (Ilsa Faust) mampu menjadi pemanis yang membuat mata tidak berkedip. Misi Hunt pun tergolong mustahil (ya iyalah, namanya juga impossible) karena organisasi yang menaunginya, IMF, sedang disorot oleh CIA pimpinan Hunley (Carlo Ancelotti, i'm sorry maksud saya Alec Baldwin) dan terancam dibekukan. Bersama Ilsa dan rekan-rekannya, Hunt melacak keberadaan The Syndicate yang dipimpin oleh Solomon Lane (Sean Harris).
Secara keseluruhan Mission Impossible: Rogue Nation sarat akan hiburan dan patut diperhitungkan sebagai summer blockbuster. Keputusan memajukan jadwal rilis yang harusnya akhir tahun menjadi awal Agustus terbilang cukup tepat. Biar bagaimanapun, spy movie dengan action wah, gadget canggih dan wanita cantik masih cukup memikat, ditambah lagi dengan nama besar Tom Cruise yang ikut tumbuh besar bersama franchise film ini. Story tellingnya cukup kuat dan actionnya juga lumayan meski tidak membuat kita menahan nafas seperti saat menonton The Raid. Promosi utama dari film ini tentu saja adegan bergelantungan di pesawat terbang yang dilakukan Tom Cruise seorang diri! (Yes! This is the same Cruise yang memanjat tebing batu dan memanjat pencakar langit tertinggi di dunia tanpa bantuan stuntman). Tak hanya itu, MI5 juga diselingi humor segar khas Benji yang di film ini menjadi partner Hunt yang paling setia (well, semenjak ia menjadi petugas lapangan).Â
Meski demikian, bukan berarti MI5 tanpa kekurangan. Adegan di pesawat yang seolah-olah menjadi adegan penting menjadi scene yang akhirnya lewat begitu saja. Apalagi adegan ini ada di opening yang sayangnya tidak sebagus opening Ghost Protocol. Tensi actionnya juga semakin menurun menjelang akhir film dan diakhiri dengan ending yang menurut saya anti klimaks. Patut disayangkan, final fight bukan dilakukan oleh Cruise sendiri dan Renner yang saya pikir akan unjuk gigi justru benar-benar hanya menjadi sekedar pemeran "pembantu". Twist? Hhmmm...untuk film bertema spionase seperti ini twist bukanlah sesuatu yang mengejutkan lagi dan malah bisa ditebak oleh orang awam sekalipun. Satu lagi, Sean Harris memang berhasil menunjukkan sosok villain yang dingin dan kejam namun tetap saja tokoh antagonis hanya menjadi pajangan yang "harus" ada, tak peduli bagaimana bentuk dan rupanya. At least Alm. Phillip Seymour Hoffman masih yang terbaik (IMHO). Oh ya, saya hampir lupa, ada adegan yang akan membuat kita orang Indonesia bangga karena nama ibukota dan salah satu BUMN disebut-sebut.
Terlepas dari sukses atau tidaknya MI5, seri ke-6 dari Mission Impossible sudah pasti akan kita saksikan dua tahun lagi (Cruise and Hunt deserve it). And the last thing i wanna to say is, meski MI5 dan seri sebelumnya telah menjadi tontonan yang entertaining, seri favorit saya tetaplah first instalement dimana thriller suspense menjadi tema utama (bukan action & CGI seperti sekarang ini) dan saat itu misi yang dilakukan memang benar-benar impossible (bukan impossible bagi orang lain tapi bagi Hunt sangat possible). Thanks to Brian De Palma.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H