Tiga tahun silam pandemi menghantam seluruh dunia. Mengguncangkan semua industri baik yang berskala besar, makro, hingga usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Ketidakstabilan ekonomi membuat pelaku usaha mencari cara untuk bertahan, mengencangkan ikat pinggang, atau sekedar 'asal dapur ngebul'.
Tak jarang banyak yang mengambil jalan pintas dengan meminjam uang pada rentenir atau pinjaman online (pinjol). Namun ujungnya pun usaha gulung tikar, kebutuhan tetap harus terpenuhi, jadilah para pelaku usaha menemui jalan buntu.
Jerat hutang membuat banyak orang jatuh dalam kemelaratan. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula. Banyak yang sudah tidak sanggup menahan beratnya beban hidup.
Sebagai kaum muslim, cara untuk memberantas kemiskinan adalah saling membantu dengan zakat, infaq dan sedekah.Â
Hal inilah yang mendorong Zulrifan Noor menginisiasi program yang memberdayakan masyarakat sekitar, khususnya warga Tabalong, Kalimantan Selatan. Dia mengelola koperasi bernama Baitulmaal Wakaf Indonesia (BWI) yang mengusung konsep zakat, infaq, sedekah dan wakaf produktif.
Saat pandemi melanda, warga Tabalong yang mengandalkan usaha perkebunan karet dan UMKM harus bertahan agar tidak kolaps. Keadaan yang makin sulit membuat bisnis rentenir makin menggurita. Banyak yang tidak sanggup melunasi hutang-hutang yang berbunga tinggi itu.
Kegelisahan itulah yang dijawab oleh Zul, sapaan akrabnya, melalui BWI yang dikelola olehnya. Bahkan dia mengembangkan program Griya Peduli Lawan Corona demi menyelamatkan para pelaku usaha dari jerat rentenir. Dibantu Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Tabalong, dari pintu ke pintu Zul menjelaskan program Griya Peduli Lawan Corona.
Tercatat di tahun 2020, melalui program pinjaman modal dan pendampingan, sekitar 70 persen dari anggotanya punya urusan dengan rentenir.
"Memang setelah Griya Peduli Lawan Corona itu meluncur, jumlah anggota yang semula 30 menjadi 200 orang," kata Zul.