"Entah kenapa puasa tahun ini kok beda banget ya, feel-nya nggak kerasa,"
"Mungkin karena kita nggak punya TV, jadi nggak tahu kalau udah puasa, hahahah.."
Itulah sekelumit obrolan dan kelakarku dengan cici (kakak perempuan) sekitar tahun 2010-an silam. Tepat saat itu sudah masuk ramadan, namun entah mengapa kami tidak merasakan 'atmosfir' ramadan sama sekali.
Mungkin karena pada masa itu adalah peralihan dari televisi ke media sosia sebagai sarana hiburan. Saya dan keluarga sudah jarang nonton TV sehingga ketika perabot elektronik itu rusak kami biarkan begitu saja.
Bagi generasi milenial seperti saya dan kakak saya, meskipun dari keluarga nonmuslim tapi ramadan selalu memberikan momen dan kenangan tersendiri.
Saya masih ingat bagaimana tontonan di televisi kala itu kental dengan suasana ramadan mulai dari kuis, sahur, kultum sampai serial religi. Tiap malam, jika keluar rumah saya akan berpapasan dengan tetangga dan kawan yang akan melakukan sholat tarawih di masjid, atau bagaimana para remaja dan anak-anak bermain perang sarung.
Jika sudah malam takbiran, jalanan dan lalu lintas penuh dan ramai dengan orang-orang yang melakukan pawai iring-iringan.Â
Dan meski menuntut ilmu di sekolah swasta yang mayoritas muridnya nonmuslim, sehabis libur lebaran kami para murid dan guru-guru akan melakukan salam-salaman dan jabat tangan.
Itulah beberapa kenangan dan nostalgia masa kecil saat ramadan yang masih membekas dalam ingatan. Memasuki usia kepala dua, kenangan-kenangan itu mulai terkikis.