Layaknya aktivitas sebelum pandemi Covid-19 merebak, kita semua dihadapkan lagi dengan rutinitas bangun subuh, berangkat dan pulang berjejalan lagi, menghadapi kemacetan yang tak terhindarkan, dan pastinya tingkat stres yang makin meningkat.
Fenomena kembali WFO ini pula yang membuat para pekerja "anak muda" yang berasal dari Generasi Milenial dan Generasi Z membuat petisi dikembalikannya WFH! WFH yang dulunya dibenci kini malah makin dicintai.
Banyak pekerja yang mengeluhkan banyaknya waktu yang terbuang percuma di jalan jika tiap hari harus berangkat pulang-pergi ke kantor. Belum lagi biaya yang harus dikeluarkan mulai dari ongkos, uang bensin sampai uang makan.
WFO juga membuat para pekerja rentan stres dengan lingkungan kerja baru, persaingan dengan rekan kerja, serta target dan deadline menumpuk yang sejatinya bisa dihindari atau diminimalisir jika bekerja di rumah saja.
Fenomena ini sebenarnya biasa terjadi ketika manusia dipaksa untuk mengubah kebiasaannya yang sudah kadung nyaman. Sebenarnya tinggal bagaimana cara beradaptasinya saja dengan lingkungan dan rutinitas baru tersebut.
Pandemi memang mengubah sebagian atau seluruh pola hidup manusia. WFH hanyalah salah satu dari adaptasi kebiasaan baru ketika pandemi merebak.
Meski wabah virus saat ini sudah bisa dikendalikan, sebenarnya ada banyak kebiasaan baru yang bisa dipertahankan karena memiliki banyak nilai positif.Â
Salah satunya adalah metode pembayaran yang sudah cardless dan cashless dimana dulunya uang fisik dinilai menjadi salah satu media penyebaran virus corona.
Begitu pula dengan sistem kerja. Sebenarnya WFH bisa tetap dipertahankan karena menguntungkan bagi perusahaan dan dapat mengurangi biaya operasional.Â