Beberapa waktu lalu saya sering melihat unggahan di media sosial, tepatnya sebuah utas atau thread di twitter yang menceritakan pengalaman penipuan sehingga saldo di rekening terkuras.
Modusnya pun bermacam-macam mulai dari bertanya perihal masalah mengenai perbankan hingga mendapat telepon dari oknum yang mengaku dari pihak bank.Â
Bak terkena hipnotis, para korban memberi informasi seperti PIN, kode OTP hingga nama ibu kandung begitu saja. Alhasil, saldo di dalam rekeningpun langsung terkuras. Selesai menguras rekening korban, si pelaku tiba-tiba menghilang dan tak bisa dihubungi.
Kalau sudah begini, siapa yang disalahkan?
Begal rekening menjadi tindak kejahatan yang marak saat ini, seperti pelaku kriminal begal-begal lainnya.Â
Modusnya pun beragam, mulai dengan menggunakan nomor telepon layaknya nomor telepon customer service resmi, website palsu dengan hanya mengubah 1-2 abjad di domain, hingga akun media sosial palsu yang menggunakan nama dan foto persis seperti akun resmi.
Jika kurang awas dan tidak waspada, kita bisa menjadi korban dari modus social engineering atau soceng.
Apa itu soceng?
Social engineering atau soceng adalah tindak kejahatan di dunia maya yang bertujuan memanipulasi atau menggiring seseorang untuk menyerahkan data pribadi maupun data finansialnya kepada pelaku yang kemudian dijadikan alat untuk menguras saldo rekening hingga barang berharga korban.