Tentu saja, Manortor dan Margondang adalah media yang tepat untuk mempromosikan identitas Danau Toba ke seluruh dunia. Dengan kecanggihan teknologi saat ini, menggelar konser virtual dengan seni dan adat budaya Batak bukan sesuatu yang mustahil.
Selain menyajikan Manortor dan Margondang, konser virtual ini juga bisa dimeriahkan dengan lagu-lagu batak legendaris seperti "Sinanggar Tullo", "Anakku Naburju" dan "Tangiang Ni Dainang" dan dinyanyikan langsung oleh penyanyi asli Batak yang terkenal dengan suara emasnya. Konser ini akan menjadi media promosi yang berkualitas, tepat sasaran dan "sangat mahal".
Untuk kerajinan tangannya sendiri, selain Ulos yang kental dengan budaya Toba, masih ada Songket Sipirok yang merupakan kain tenun sejenis songket yang biasa digunakan pada acara adat atau acara resmi lainnya.
Toba juga memiliki Gorga, sebuah kerajinan tangan seni rupa yang menghiasi rumah adat suku Batak, dan juga Batik Batak yang memiliki kreasi berupa motif batik berdasarkan etnis yang ada di Sumatera Utara.
Untuk memperkenalkan Danau Toba lewat adat dan budayanya yang kuat, fokus utama yang perlu dilakukan adalah:
- Memperbanyak workshop dan pelatihan kerajinan tangan Ulos, Songket Sipirok, Batik Batak maupun Gorga. Bukan hanya sebagai industri rumahan, tetapi beralih menjadi pelaku ekonomi kreatif dengan Usaha Kecil, Mikro dan Menengah (UMKM).
- Mempromosikan dan mendistirbusikan penjualan kerajinan tangan khas Batak secara konvensional kepada wisatawan yang datang maupun secara online dengan jangkauan pasar yang lebih luas.
Dengan fokus ini diharapkan agar kualitas dari kunjungan wisatawan meningkat. Apa lagi para wisatawan sering menghabiskan dana liburan untuk membeli produk-produk kreatif dari daerah yang mereka kunjungi.
Jika dikemas dengan baik, maka para pelaku ekonomi kreatif pasti akan merasakan dampak yang positif dalam memperkenalkan identitas Danau Toba dan sekitarnya.
Tampakna do tajomna, rim ni tahi do gogona.
***