Akhir tahun 2000-an dan awal tahun 2010-an, era internet sudah mulai merajalela. Selain memunculkan situs-situs jejaring sosial seperti facebook dan twitter, bisnis online juga mulai merambah kehidupan para netizen. Beberapa seller biasanya menjual dagangannya melalui web, blog, forum jual beli online sampai media sosial. Tak ayal, dalam waktu singkat muncul banyak anak muda yang sukses berkat bisnis online.
Atas dasar kesuksesan 'mereka-mereka' itulah sayapun ikut latah dan terjun di bisnis online. Dari mulai coba-coba menjual produk seperti makanan, clothing, buku bekas, aksesoris sampai elektronik semua saya lakukan. Sebagian besar berakhir dengan kegagalan sampai akhirnya menemukan segmen bisnis yang klik dan cocok dengan saya.
Setelah menggeluti selama beberapa bulan, akhirnya saya yakin bahwa saya bisa meraih sukses melalui bisnis online dan meraih mimpi-mimpi saya. Ya, impian anak berusia 20-an yang idealis cenderung naif.
Pasang surut bisnis
Kenyataannya, bisnis online tak semulus yang dibayangkan. Pertama kali berkecimpung di awal tahun 2011 dan setelah melalui trial and error selama hampir setahun, akhirnya saya menemukan formula bisnis dari segmentasi yang saya suka. Sebenarnya, saat itu saya hanya bergelut di bisnis yang bisa mendatangkan banyak profit saja dan dari sekian banyak yang saya coba bisnis inilah yang menguntungkan.
Namun dua bulan setelahnya, bisnis kembali ke 'kebiasaannya' dimana penjualan sama seperti bulan-bulan sebelumnya. Memang tidak sampai merosot namun disinilah titik awal dari kejatuhan usaha yang sudah saya bangun.
Jatuh, bangkrut dan bertobat
Awal tahun 2013, saya masih setia dengan bisnis saya serta menambah diferensiasi produk dengan harapan dapat meningkatkan jumlah penjualan. Saat itu saya tak tertarik berjualan macam-macam atau palugada (apa lu mau gue ada) karena ingin fokus di satu jenis usaha saja.
Sayangnya, semester pertama tahun 2013 penjualan benar-benar merosot sampai-sampai saya mencari pekerjaan sambilan sembari menjaga bisnis tersebut. Semester kedua, penjualan sudah menunjukkan tanda-tanda kacau balau. Bahkan dalam satu bulan saya hanya bisa menjual 2-3 item saja. Puncaknya di tahun 2014, status usaha tersebut sudah menjadi 'mati segan hidup tak mau'. Tak ada penjualan sama sekali dan sudah di ambang kebangkrutan.