Mohon tunggu...
Deny Oey
Deny Oey Mohon Tunggu... Administrasi - Creative Writer

Seorang pembelajar, pecinta alam dan penikmat makanan pedas. Sesekali mengkhatamkan buku dan membagikan pemikirannya dalam tulisan. Beredar di dunia maya dengan akun @kohminisme (IG) dan @deNocz (Twitter).

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Dua Sisi Mata Koin Allegri dan Zidane

29 Mei 2017   12:45 Diperbarui: 30 Mei 2017   17:07 2167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai pesepakbola, Zidane tak perlu diragukan lagi kualitasnya. Beragam gelar dan prestasi pernah diraih olehnya baik di tingkat timnas atau klub. Sebut saja La Liga, Liga Champions, Piala Dunia, Piala Eropa sampai Ballon d'Or. Jangan lupakan juga prestasi di ujung karirnya sebagai pesepakbola, yakni menanduk dada Marco Materazzi yang membuatnya dianugerahi sebagai pemain terbaik Piala Dunia 2006 alias Golden Ball. Setelah pensiun, Zizou mencoba peruntungannya sebagai pelatih. Tercatat ia pernah menangani tim reserve Los Merengeues, Real Madrid Castilla. Kala Carlo Ancelotti menjadi pelatih, Zizou juga ditunjuk menjadi asistennya. Akan tetapi, dipilihnya Zidane sebagai pelatih utama saat ini jelas merupakan pilihan prematur.

Meski keraguan dan bayang-bayang kegagalan menghantui, Zidane membuktikan diri bahwa ia bukanlah pilihan keliru. Kemenangan demi kemenangan ia torehkan bersama Cristiano Ronaldo dkk. Ia tidak memiliki gaya permainan yang menjadi trademark dan hanya satu hal yang menjadi ciri khasnya, celananya yang sobek. Zidane bahkan mampu mensejajarkan dirinya dengan Barcelona dan Luis Enrique yang amat dominan di La Liga. El Clasico pertama berhasil dimenangkannya. Selain itu, ia juga memaksa Lionel Messi Cs untuk memastikan gelar La Liga sampai pekan terakhir. Meski kalah dalam perburuan gelar, Zidane dan Real Madrid telah memberikan perlawanan sengit.

Gagal di La Liga, Zidane seperti sudah ditakdirkan untuk meraih kesuksesan lebih besar. Real Madrid dibawanya ke partai puncak Liga Champions dan kembali bersua dengan tetangganya yang mulai bangkit (tetapi tidak berisik) itu, Atletico Madrid. Dalam sebuah drama adu penalti, Real Madrid keluar sebagai juara, La Undecima! Zidane seperti mendapat spirit 'kepala botak' karena empat tahun silam juga ada pria berkepala plontos yang berstatus pelatih pengganti dan juga sukses merengkuh 'Si Kuping Besar'.

[caption caption="Zidane dan Si Kuping Besar || (sumber: sokkaa.com)"]

[/caption]

Setelah itu, Real Madrid juga menggondol piala-piala receh berskala internasional seperti Piala Super Eropa dan Piala Dunia Antarklub di musim ini. Zidane tak berhenti mencetak prestasi, La Liga musim ini menjadi revans atas kegagalan musim lalu dimana Barcelona lah yang kini menguntit mereka di belakang. Pertandingan melawan Malaga yang menjadi laga penentu dituntaskan dengan kemenangan. Madrid pun berjaya, setelah lima tahun berpuasa.

Perez kini bisa tersenyum bahagia. Lemparan koinnya kali ini berujung kesuksesan. Zinedine Zidane mungkin bukan pelatih terbaik di dunia, tapi dialah pelatih terbaik untuk Real Madrid, setidaknya untuk saat ini.

Allegri dan Nyonya Tua

Barangkali Andrea Agnelli dan Beppe Marotta sedang bercanda saat mengumumkan Massimiliano Allegri sebagai pengganti Antonio Conte. Mereka mengganti pelatih yang mendominasi Seria A selama tiga musim terakhir dengan pelatih yang dipecat oleh klubnya karena kinerjanya yang buruk. Sebuah lelucon yang menggelikan. Fans Juventus berang, fans lawan pun senang.

Allegri berstatus pengangguran semenjak dipecat oleh AC Milan, namun status ini jugalah yang membuatnya ditolak mentah-mentah oleh tifosi The Old Lady. Selain pernah melatih musuh bebuyutan, pemecatannya justru menegaskan bahwa ia adalah pelatih yang buruk. Meski pernah meraih scudetto, Allegri dinilai tak mampu meneruskan tongkat estafet kesuksesan Antonio Conte. Publik menilai bahwa ini akan menjadi awal kejatuhan Juventus, sementara kubu lawan siap-siap berpesta merayakannya. Sebuah lemparan koin yang sebenarnya belum jatuh dan belum menunjukkan sisi mana yang akan keluar.

Allegri ditunjuk karena sesuai dengan visi manajemen Juventus. Minggatnya Conte dari Juventus Stadium adalah menurutnya pihak klub terkesan pelit karena tidak mendukungnya dalam transfer pemain guna memperkuat kedalaman skuad demi meraih gelar Eropa, meski sebenarnya Conte demam panggung karena jam terbangnya di Eropa sangat minim. Para petinggi klub lebih suka menjaga skuad yang sudah ada serta memaksimalkan potensi pemain muda, dan visi ini sesuai dengan filosofi Max Allegri. Buktinya di musim pertamanya ia melakukan pembelian murah yang terbukti tokcer, merekrut Pedro dari telenovela Amigos yang kini sudah dewasa dan ganteng, Alvaro Morata. Allegri bahkan sukses menggondol scudetto dan coppa yang nyaris disempurnakan dengan gelar Liga Champions andai saja tidak ada trio MSN.

[caption caption="Massimiliano 'Max' Allegri || (sumber: goal.com)"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun