Mohon tunggu...
DEVITASARI RSA
DEVITASARI RSA Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis Suka-Suka

Menulis merupakan salah satu cara untuk meluapkan perasaan dan pikiran serta hasil pengamatan terhadap lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Petualangan Nara dan kawan-kawan (part 1)

22 Januari 2015   04:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:38 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai, aku nara. Seorang Peri sabun dari negeri kakuki. Perlu kalian tahu, peri sabun adalah peri yang menyediakan sabun bagi penduduk kakuki. Karena di negeri kakuki begitu kotor, banyak polusi sehingga penduduknya harus rajin mandi. Mereka harus mandi minimal tiga kali sehari.

Di negeri kakuki, penduduk kakuki yakni bangsa momosa hidup dengan damai bersama para peri. Peri menyediakan berbagai kebutuhan bangsa momosa. Sebagai bentuk terima kasihnya, bangsa momosa selalu memberikan imbalan sebotol air yang berwarna merah. Air yang berwarna merah itu digunakan oleh peri untuk membuat berbagai macam kebutuhan bangsa momosa.

Air merah berasal dari sebuah sumber mata air di puncak gunung andersen. Dari puncak gunung, melalui pipa-pipa dengan sistem pengairan yang sudah modern dibuatlah saluran menuju ke tiap-tiap rumah di negeri kakuki. Mereka mendapatkannya secara gratis karena raja kakuki, yaitu raja nohara sangat baik hati.

Suatu hari, aku bersama dengan peri pembuat yang lain sedang mengantarkan barang kepada beberapa penduduk. Jalanannya macet, karena sedang ada kerumunan di tengah jalan. “Apa yang terjadi?” tanyaku. “Mungkin sang raja nohara akan mengadakan sebuah pesta,” sahut mosa, peri panci. “Atau mungkin ada pembagian hadiah,” sahut Babo, peri kaca mata. “Ah mari kita datangi saja, letakkan kereta kita di pinggir jalan itu,” kataku tegas. Perlu kamu ketahui, kami bangsa peri tidak memiliki sayap seperti di dongeng-dongeng lain, jadi kami memanfaatkan jalan darat.

“Wahai bangsa momosa, nanti malam raja akan menggelar pesta ulang tahun beliau yang ke 70 tahun, semua penduduk diharapkan datang untuk memberi ucapan selamat kepada raja. Barang siapa yang mampu menyajikan pertunjukkan menarik akan mendapatkan hadiah menarik dari raja. Para peri juga boleh hadir,” kata pengawal kerajaan. “wah, pasti acaranya menarik,” kata salah satu bangsa momosa sambil menggendong bakul jamunya. “kita nanti harus datang!” kataku. “ha? Da-tang? Ki-ta akan menam-pilkan a-pa?” tanya babo terbata-bata. “kita lihat saja nanti!” jawabku. “naraaa, jangan berbuat aneh-aneh,” kata mosa. Aku pun hanya menyengir lalu menuju ke kereta. Kami pun menuju ke tempat yang akan kami kirimi barang.

Sesudah mengirim barang, aku mulai memikirkan apa yang akan aku atau bahkan kami tampilkan nanti malam. “bagaimana jika kita menampilkan menyanyi paduan suara saja?”, tanya mosa. “jangan! Itu sudah biasa!” jawabku. “te-rus maunya apa nara?” tanya babo. “dengar teman-teman, bagaimana jika kita bermain akrobat sambil bernyanyi serta menari?” kataku. “Haaa?? Bagaimana bisa? Aku tak punya kepandaian apapun,” kata babo. “Tenaaaang, aku akan mengajari kalian,” jawabku tenang.

Sesampainya di rumah kami, oh iya perlu kalian tahu para peri juga memiliki rumah. Tapi bentuknya seperti rumah eskimo di antartika di sebuah planet nibiru. Aku mengambil berbagai peralatan yang akan aku gunakan untuk bermain akrobat. “Begini teman-teman tercintaa,” kataku sambil tertawa. “cepatlah nar!’” kata mosa. “hehehe ini adalah sabun, ini adalah kaca mata dan ini adalah....”. “Panciiiiiii!!!!” teriak mosa dan babo. “wah kalian pintar!” kataku. “cepatlah na!” kata babo yang mulai tidak sabar. “kita nanti akan bermain dengan ini,” kata nara. Nara melanjutkan perkataannya,”aku nanti akan bermain dengan sabun, lebih tepatnya gelembung sabun, kamu mosa akan bermain dengan panci-panci ini. Kamu bisa main drum kan? Ya! Seperti main drum tapi menggunakan panci. Dan kamu babo akan menunjukkan pada penonton macam-macam kacamata dengan lensa yang berbeda ini, mengerti???” kataku. “aku malu na,” kata babo. “tak usah kalian malu, kita tunjukkan kepada penonton kalau kita bisa!” kataku menggebu-gebu. “mari kita coba,” kata mosa. Kami pun berlatih dengan waktu yang sedikit.

Malam harinya....

“ayo kita berangkat teman-teman” pintaku. “sebentar, aku mau ke toilet dulu,” kata babo. “aah cepatlah,” kata mosa. Setelah semua siap, kami pun dengan membawa alat-alat yang banyak menuju ke kerajaan. Di pintu gerbang ramai sekali, banyak bangsa masosa dan peri yang ingin datang. Kami pun mendaftarkan diri kami ke panitia dan mendapatkan nomor urut terakhir.

Bersambung.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun