Foto diatas adalah foto nyata yang saya ambil dari Buku Kenangan Sumpah Dokter Gigi saya disebuah Universitas Swasta di Jakarta. Waktu itu masih periode awal tahun 2003 dan merupakan hari yang sangat saya tunggu-tunggu.
Pesan dibuku itu ditulis oleh papa saya yang secara langsung meminta saya untuk "tidak menjadi dokter matre". Mungkin terdengar agak lucu dibacanya dan terkesan "komersil", namun saya mengerti kekhawatiran beliau karena saat itu pendidikan saya di Fakultas Kedokteran Gigi "menguras" banyak sekali dana. Cita-cita beliau adalah saya bisa mengamalkan ilmu yang saya punya dan menjadi dokter gigi yang baik.
Seiring berjalannya waktu, saya banyak bertemu dengan rekan-rekan sejawat yang lebih muda dari saya. Posisi saya sebagai salah satu dokter penanggung jawab di sebuah Fasilitas Kesehatan Primer Pemerintah, membuat saya banyak berinteraksi dengan dokter umum maupun dokter gigi yang ingin bergabung dengan kami.
Disinilah banyak hal-hal menarik terjadi...
Disetiap wawancara yang saya lakukan, pertanyaan pertama yang teman-teman sejawat selalu tanyakan adalah :
"disini pasiennya sehari berapa yaaa, dok?"
"uang insentive'nya berapa, dok?"
"take home pay sehari berapa, dok?"
Hhhhmmmmm.... terdengar seperti pertanyaan biasa yaaa...Â
Tapi, diakhir pertanyaan-pertanyaan tersebut akan ada kata-kata seperti...
"owwhhh, sedikit yaahh ternyata uangnya..." atau, "saya biasanya dibayar sekian, dok..."