Tindakan itu didasari kepada kepuasan dan kesenangan prakmatis dari mayoritas. Sebenarnya kesenangan itu bersifat semu hanya untuk menunjukan dominasi. Padahal subtansi tidak nampak dalam alur tindakan mayoritas tersebut.Â
Tirani mayoritas sebenarnya adalah mentode  untuk memanfaatkan tubuh dengan menguasai pikiran. Sehingga terkadang tindakan -- tindakan "miring" bisa dinilai rasional dan masuk akal dalam kaca mata tirani mayoritas. Tetapi disisi lain tindakan itu justru mencederai apa yang kita sebut dengan kesejahteraan bersama.Â
Pada titik ini terdapat kontradiksi antara kolektifitas dan mayoritas. Apa yang dinilai sebagai kebersamaan dan bersama-sama mungkin dua hal yang berbeda. Istilah itu bisa dimanfaatkan untuk memuaskan ego kekuasaan dan hegemoni tertentu.Â
Tirani mayoritas bisa jadi mimpi buruk yang terjebak dalam tidur lelap kumpulan masyarakat. Fakta ini menunjukan kalau ada ketidakpercayaan kepada mayoritas, meskipun hal itu sangat menguntungkan dalam menjaga ketentraman.Â
Jika tatanan bisa diciptakan, maka ada kemungkinan tatanan itu bisa kehilangan legitimasi dari orang-orang yang melakukan konsensus awal. Semua bisa terjadi seperti kita tidak tahu kapan doa bisa terwujud. Mungkin hari ini, mungkin besok, atau bulan depan, atau tahun berikutnya. Semua tatanan memilki misteri sebagai kekhasan untuk menjaga manusia terus beradap dengan zamannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H