Mohon tunggu...
Dens Saputra
Dens Saputra Mohon Tunggu... Penulis - De

menulis adalah seni berbicara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apa Kabar Sekolah?

9 Mei 2022   07:38 Diperbarui: 9 Mei 2022   07:51 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Quates  Dan Tekanan Media Sosial 

Film dokumenter The Social Dilemma karya Jeff Orlowski secara serius memberikan perspektif baru tentang bahayanya media sosial. Saat ini sebenarnya bukan kita lagi yang mengontrol media sosial, tetapi sebaliknya. 

Penelitian yang di terbitkan oleh Universitas Pennsylvania diterbitkan dalam journal of social and clinical psychology mendapatkan bahwa mahasiswa secara khusus tertarik pada kecemasan, depresi, dan perasaan takut ketinggalan atau Fear of Missing Out  (Suara.com). Penelitian tersebut mengidentifikasikan bahwa keseringan melihat tayangan -- tanyangan di media sosial akan membuat perasaan inferior. 

Secara tidak sengaja tanyangan tersebut memprogram kita untuk bertindak dalam berbagai bentuk, bisa saja itu positif atau negatif. Artinya filterisasi diri perlu sebagai anti virus untuk menangkal perasaan depresi atau inferior. Hal ini dapat dilakukan oleh sekolah sebagai media untuk menangkal hal buruk, tetapi saat ini sekolah bisa saja menjadi media yang menambah tingkat depresi.

Peserta didik hari ini mau tidak mau harus bisa beradaptasi dengan tuntutan pemerintah dan sekolah. Para orang tua ahirnya harus bekerja ekstra keras untuk memenuhi fasilitas anaknya agar bisa mengakses pendidikan.

 Mulai dari membeli hand phone sampai pada memenuhi kuota internet agar tidak terlambat absen atau mengirim tugas. Beban sosial dan ekonomi ini terjadi karena banyak faktor dan kita tidak bisa memungkiri itu. Dan cara menghibur diri adalah dengan terus -- menerus mengkonsumsi quates. 

Hal ini sangat berbahaya jika pendidikan kita berimbas pada kebiasaan generasi yang hanya berceramah tanpa berbuat sesuatu. Suplai -- suplai itu di dapatkan dari internet sebagai dampak dari kebijakan daring. Jangan aneh jika ditemukan anak di usia sekolah dasar memiliki status di media sosial yang isinya kata-kata motivasi dan menggurui.

Secara psykologis, quates sangat diperlukan di tengah kondisi yang terkadang tidak menguntungkan. Quotes sendiri adalah ungkapan kecil untuk memotivasi seseorang, baik dalm bentuk gagasan, ide, atau pendapat. Saat ini banyak kalangan selebritis, toko-tokoh politik, dan bahkan anak sekolahan pun menikmati dan mempraktekan quotes. 

Kita akhirnya menjadi penikmat dari qoutes itu dan akhirnya terjebak dalam lingkaran yang sama dan hanya bisa memotivasi orang lain tanpa bertindak atau melakukan sesuatu. Setiap quotes ini selalu berisi logika agar membuat penikmatnya merasa tertarik. 

Tetapi quates hanya ungkapan yang disampaikan bukan sebuah tindakan, artinya kita yang mengelola itu menjadi tindakan dan bukan sekedar mengatakan.

Dampak yang terjadi jika sistem pengelolahan internal diri tidak bagus adalah kita hanyalah produk yang diperdagangkan oleh media sosial.  Rasa penasaran, membuang waktu, tidak melakukan sesuatu, atau sikap autis terhadap lingkungan adalah produk yang dijual oleh media sosial untuk mendapat profit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun