Kusebut dia Bulan (bukan nama asli), wanita yang bersedia menemaniku menghabiskan sisa hidup.
Bukan Bunga, Mawar, ataupun Melati yang indah mewangi.
[caption caption="Ilustrasi: Bulan (serbaarbaatin.blogspot.com)"][/caption]
Kusebut dia Bulan, pendamping bintang-bintang, penyampai cinta Matahari kepada sang bumi. Jika dia setiap kali berubah bentuk dari sabit, setengah lingkaran sampai purnama wajar saja. Mahluk bisa saja lelah, tak ada syarat kesempurnaan untuk menjadi sebuah mahluk. Dia tetaplah cantik bagiku dengan segala ujudnya.
Kusebut dia Bulan, teman yang selalu mendukung, istri yang setia melengkapi. Dengannya, malam menjadi hangat berhias bintang gemintang. Cahaya redupnya menumbuhkan rasa tenang. Menjadikanku merasa orang paling beruntung.
Kusebut dia Bulan, satu-satunya satelit yang mengitari bumi. Iya, hanya satu. Tapi tidak menurutnya. Dimungkinkan untuk lebih! Lihat Mars, dia punya phobos dan deimos. Atau Neptunus yang dikelilingi 13 satelit, Uranus punya 21, Saturnus 59. Bahkan yang terkaya Jupiter dengan 63 satelit.
Ah sudahlah Bulanku, satu, dua, atau empat, hanya jumlah. Yang terpenting semua berjalan sebagaimana mestinya. Mencipta damai yang bersahaja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H