Mohon tunggu...
Den Reza Alfian Farid
Den Reza Alfian Farid Mohon Tunggu... Lainnya - Digital Marketer

Terkadang ku lupa pernah berpikir apa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bagaimana Narsisme Memengaruhi Hubungan Interpersonal?

29 November 2023   09:00 Diperbarui: 29 November 2023   09:05 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by bruce mars on Unsplash 

Artikel ini menjelaskan dampak narsisme terhadap hubungan interpersonal, memberikan contoh nyata dan solusi dalam menghadapi orang narsis.

Bagaimana 'Narcissism' Mempengaruhi Hubungan Interpersonal?"

Berbicara tentang 'narcissism' atau narsisme dalam konteks hubungan interpersonal seperti mengupas lapisan demi lapisan bawang. Semakin dalam kita mengupas, semakin kompleks dan menyentuh esensi yang sebenarnya. Narsisme bukan hanya tentang seseorang yang terobsesi dengan penampilan atau prestasinya sendiri, tetapi lebih dalam lagi, ini adalah tentang bagaimana seseorang tersebut berinteraksi dan memengaruhi orang-orang di sekitarnya.

Bayangkan sebuah pesta di mana ada seseorang yang selalu ingin menjadi pusat perhatian. Orang ini, yang kita sebut sebagai 'Budi', tidak hanya suka berbicara tentang dirinya sendiri, tetapi juga cenderung tidak memedulikan cerita atau pendapat orang lain. Ini adalah contoh klasik narsisme yang sering kita lihat. Budi mungkin tampak menarik pada awalnya, namun lama-kelamaan, orang-orang di sekitarnya mulai merasa tidak nyaman dan tidak dihargai.

Pada intinya, narsisme mengacu pada sikap egosentris yang ekstrem, di mana seseorang memiliki kebutuhan berlebihan untuk dihargai dan kurangnya empati terhadap orang lain. Dampaknya terhadap hubungan interpersonal bisa sangat merusak. Pertama, hubungan yang seharusnya berdasarkan kepercayaan dan pengertian menjadi tidak seimbang. Orang-orang di sekitar individu narsis cenderung merasa kurang dihargai, terabaikan, bahkan terkadang termanipulasi.

Dalam hubungan yang sehat, kedua belah pihak harus bisa saling mendengarkan, menghargai, dan mendukung. Namun, dalam hubungan yang dipenuhi narsisme, seringkali hanya satu pihak yang mendominasi. Ini bisa terlihat dalam berbagai bentuk, seperti dalam percakapan sehari-hari dimana individu narsis cenderung mendominasi pembicaraan, atau dalam pengambilan keputusan di mana keinginan mereka selalu menjadi prioritas.

Salah satu contoh sederhana yang sering kita lihat adalah dalam percakapan di warung kopi. Ali, seorang pemuda yang terkenal cerdas dan berprestasi, sering bercerita tentang pencapaiannya tanpa henti. Teman-temannya, awalnya kagum, lambat laun mulai merasa bosan dan tidak dihargai karena Ali jarang tertarik dengan cerita atau masalah mereka.

Dalam kasus yang lebih serius, narsisme bisa memengaruhi hubungan keluarga, persahabatan, bahkan lingkungan kerja. Di tempat kerja, misalnya, seorang atasan yang narsis bisa membuat lingkungan kerja menjadi toxic. Dia mungkin sering memuji diri sendiri, menuntut pengakuan berlebihan, dan jarang memberikan apresiasi kepada timnya. Akibatnya, karyawan merasa tidak dihargai dan motivasi kerja menurun.

Menghadapi orang dengan sikap narsis bukanlah hal yang mudah. Kita perlu mengembangkan kesabaran dan empati, namun juga penting untuk menetapkan batasan dan tidak membiarkan diri kita terus-menerus diabaikan atau diremehkan. Komunikasi yang efektif dan pengertian bersama adalah kunci dalam menangani masalah ini.

Penting untuk diingat bahwa setiap orang memiliki kecenderungan untuk bersikap narsis dalam beberapa situasi, namun ketika ini menjadi pola yang konsisten dan merusak, sudah saatnya kita merefleksikan dan mungkin mencari bantuan profesional. Dalam hubungan interpersonal, keseimbangan adalah kunci. Kita harus belajar untuk menghargai diri sendiri tanpa mengabaikan kebutuhan dan perasaan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun