Kita punya 'komandan' dalam otak, loh! Mau tau gimana dia mempengaruhi setiap keputusan yang kita buat? Yuk, disimak!
Dalam petualangan seru bernama hidup, kita seringkali berhadapan dengan suatu yang bernama 'pilihan'. Setiap detik, menit, jam, kita mesti memilih. Pernahkah terpikir, apa sih yang berperan dalam setiap keputusan kita? Siapa yang jadi 'komandan'nya? Hmm, kayaknya ini bisa jadi plot film seru, ya!
Ada yang Bilang, Otak Itu Komandan
Nah, mari kita mulai dengan pikiran ini. Yang namanya otak, gak hanya kerja keras mengatur jantung untuk terus berdetak atau paru-paru untuk tetap bernapas. Otak ini juga yang membuat kita bisa merasakan, berpikir, dan tentunya, memutuskan.
Jadi ceritanya, di dalam otak ada yang namanya sistem otak dua: sistem 1 dan sistem 2. Ini bukan film fiksi ilmiah, loh! Sistem 1 itu, kerjanya instan, gak perlu dipikir. Misalnya, saat melihat gambar hantu langsung merinding. Nah, itu sistem 1 yang beraksi. Sementara, sistem 2 itu berkerja ketika kita memikirkan soal matematika yang rumit atau memutuskan mau makan apa siang ini. Lumayan ribet, kan?
Makanya, setiap keputusan yang kita buat---mulai dari yang sepele seperti "Pake baju apa hari ini?" hingga "Mau kuliah di mana?"---terkait erat dengan dua sistem otak ini. Coba deh pikirkan lagi, sering gak sih kita memutuskan sesuatu hanya berdasarkan perasaan atau intuisi?
Biar Gak Salah Langkah, Kenali Bias Kognitif
Setelah mengetahui bagaimana otak kita bekerja dalam membuat keputusan, kini kita beralih ke faktor yang bisa membuat keputusan kita terkadang kurang tepat. Bias kognitif, apa sih itu? Intinya, ini adalah pola pikir yang membuat kita melihat realitas dari sudut pandang yang terbatas.
Perasaan kita gampang banget diarahkan oleh lingkungan sekitar. Bukan cuma perasaan aja, bahkan keputusan pun ikut terpengaruh. Ambil contoh saat memilih tempat makan. Kita lebih milih tempat yang rame pengunjung dibandingkan yang sepi. Padahal belum tentu yang rame itu rasanya enak, kan? Nah, itu contoh bias kognitif.
Lalu, apa hubungannya dengan keputusan? Bias kognitif ini bisa mengaburkan pandangan kita saat mengambil keputusan. Membuat kita jadi kurang objektif dan cenderung memilih sesuatu berdasarkan bias tersebut. Tapi tenang, dengan mengenali bias kognitif, kita bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan.
Emosi, Bukan Musuh dalam Mengambil Keputusan
Pernah denger gak, kalau lagi emosi jangan mengambil keputusan? Tapi, jangan salah, emosi bukanlah musuh dalam pengambilan keputusan. Emosi justru bisa membantu kita memilih jalan yang tepat, kok!
Dalam suatu penelitian, ditemukan bahwa orang yang tak mampu merasakan emosi (karena kerusakan di bagian otak yang mengendalikan emosi) justru kesulitan mengambil keputusan. Lho, kenapa bisa? Karena mereka gak bisa merasakan apa yang biasanya kita sebut 'intuisi' atau 'perasaan gut'.
Jadi, emosi bukanlah hal yang perlu dikesampingkan dalam mengambil keputusan. Bahkan, emosi bisa membantu kita lebih memahami apa yang kita inginkan dan apa yang kita butuhkan. Tapi ingat, jangan sampai kita dikuasai oleh emosi. Jangan sampai keputusan yang diambil berdasarkan emosi malah membawa kita ke jalan yang salah.
Keputusan, Cermin Karakter dan Pengalaman
Setiap keputusan mencerminkan siapa kita. Betul, keputusan yang kita ambil seringkali mencerminkan karakter dan pengalaman kita. Bukan cuma itu, keputusan juga berpotensi membentuk siapa kita di masa depan. Wow, serius amat, sih?
Nah, ambil contoh seorang mahasiswa yang memutuskan untuk aktif di organisasi. Keputusan itu mencerminkan karakternya yang suka berinteraksi dan berkegiatan. Tapi di sisi lain, keputusan itu juga bisa membentuknya menjadi seorang yang bertanggung jawab dan terampil dalam memimpin.
Intinya, keputusan bukan hanya tentang memilih antara A atau B. Tapi, juga tentang membentuk diri kita menjadi lebih baik. Jadi, saat memutuskan sesuatu, coba pikirkan juga dampaknya untuk jangka panjang.
Pelajaran Terpenting: Keputusan itu Milik Kita
Nah, satu hal yang paling penting dalam setiap keputusan yang kita buat: itu adalah pilihan kita. Bukan orang lain, bukan teman, bukan pacar, bukan orangtua, tapi kita sendiri. Mengapa? Karena di akhir hari, yang menanggung konsekuensinya adalah kita sendiri.
Jadi, walaupun banyak faktor yang mempengaruhi keputusan kita, mulai dari otak, bias kognitif, emosi, karakter, dan pengalaman, yang paling penting adalah kita sendiri. Setiap keputusan harus berdasarkan pada apa yang kita anggap terbaik untuk kita.
Pada akhirnya, kehidupan ini adalah rangkaian dari setiap keputusan yang kita buat. Jadi, mari kita buat keputusan yang baik, bijaksana, dan berani. Siapkan diri kita dengan pengetahuan dan pemahaman, kemudian buatlah keputusan yang bisa kita banggakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H