Menjadi "NPC" dalam hidup sendiri? Bukan vonis, tapi tantangan untuk berubah!
Apa jadinya jika hidup ini diibaratkan sebuah game, dan orang lain adalah pemain utamanya, sementara kita hanya bagian dari program, laksana NPC (Non-Player Character)? Sebuah perasaan seolah kita hanya jadi penghias pemandangan atau penunjang cerita bagi orang lain. Rasanya mungkin agak aneh, tapi mari kita coba tengok apa yang ada di balik perasaan ini.
Pahami Istilah "NPC dalam Kehidupan"
Orang sering mengibaratkan hidup sebagai sebuah permainan. Ada pemain, dan ada karakter non-pemain, atau yang biasa dikenal dengan istilah "NPC". Dalam video game, NPC adalah karakter yang dikendalikan oleh sistem, bukan oleh pemain. Mereka ada untuk memperkaya dunia permainan, memberikan tugas, dan menjaga cerita tetap berjalan.
Tapi bagaimana jika kita merasa menjadi "NPC" dalam hidup kita sendiri? Mungkin kita merasa kurang berarti, atau hidup kita berputar di sekitar orang lain, sementara kita hanya merespons apa yang terjadi, tanpa benar-benar memiliki kontrol.
Bisa jadi ini adalah tanda dari beberapa hal, termasuk kurangnya rasa percaya diri, merasa kurang berharga, atau mungkin memang kondisi hidup yang mengharuskan kita untuk selalu menyesuaikan diri dengan orang lain.
Dibalik Perasaan Menjadi "NPC"
Dalam psikologi, ada yang namanya self-efficacy, atau kepercayaan pada kemampuan diri sendiri. Jika seseorang merasa seperti NPC dalam hidupnya, bisa jadi self-efficacy-nya rendah. Orang tersebut mungkin merasa bahwa dirinya tidak mampu mengendalikan kehidupannya sendiri dan tidak mampu membuat perubahan yang berarti.
Perasaan ini bisa datang dari berbagai faktor. Misalnya, lingkungan di mana seseorang tumbuh dan hidup, pengalaman masa lalu yang mengecewakan, atau kondisi hidup saat ini yang membuatnya merasa tidak berdaya.
Namun, penting untuk diingat bahwa perasaan ini bukanlah sebuah vonis. Ada langkah-langkah yang bisa diambil untuk mengubah perasaan ini dan mengambil alih peran sebagai 'pemain' dalam kehidupan sendiri.