Mohon tunggu...
Den Reza Alfian Farid
Den Reza Alfian Farid Mohon Tunggu... Lainnya - Digital Marketer

Terkadang ku lupa pernah berpikir apa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bagaimana Kehidupan Mirip dengan Nonton Sinetron: Pengaruh Drama ke Psikologi

27 Juli 2023   19:00 Diperbarui: 27 Juli 2023   19:04 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by KAL VISUALS on Unsplash

Pertama, cobalah untuk tetap tenang dan pikirkan situasinya secara objektif. Ini mungkin terdengar klise, tapi kepanikan hanya akan memperburuk situasi. Ingatlah bahwa semua orang menghadapi drama dalam hidup mereka; kita tidak sendiri.

Kedua, carilah dukungan. Baik itu teman, keluarga, atau profesional, dukungan adalah kunci untuk mengatasi tantangan. Jangan ragu untuk mencari bantuan.

Terakhir, jaga kesehatan mental. Ini bisa dilakukan dengan berolahraga, meditasi, atau menjaga pola makan yang sehat. Ingatlah bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.

Jadi, meskipun kehidupan sering kali mirip dengan sinetron, kita harus ingat bahwa kita memiliki kontrol atas bagaimana kita merespon dan menghadapi drama ini. Itulah bagaimana kita bisa belajar, tumbuh, dan menjadi lebih kuat.

Referensi:
1. Hammen, C. (2005). Stress and depression. Annual review of clinical psychology, 1.
2. Neumann, I. D., & Landgraf, R. (2012). Balance of brain oxytocin and vasopressin: implications for anxiety, depression, and social behaviors. Trends in neurosciences, 35(11), 649-659.
3. Southwick, S. M., & Charney, D. S. (2012). The science of resilience: implications for the prevention and treatment of depression. Science, 338(6103), 79-82.
4. Fredrickson, B. L. (2004). The broaden-and-build theory of positive emotions. Philosophical Transactions of the Royal Society of London. Series B: Biological Sciences, 359(1449), 1367-1377.
5. Uchino, B. N. (2006). Social support and health: a review of physiological processes potentially underlying links to disease outcomes. Journal of behavioral medicine, 29(4), 377-387.

6. Schacter, D. L., Gilbert, D. T., & Wegner, D. M. (2011). Psychology: The science of mind and behaviour. Macmillan.
7. Cohen, S., & Wills, T. A. (1985). Stress, social support, and the buffering hypothesis. Psychological bulletin, 98(2), 310.
8. Clance, P. R., & Imes, S. A. (1978). The imposter phenomenon in high achieving women: Dynamics and therapeutic intervention. Psychotherapy: Theory, Research & Practice, 15(3), 241.
9. Fredrickson, B. L. (2001). The role of positive emotions in positive psychology: The broaden-and-build theory of positive emotions. American psychologist, 56(3), 218.
10. Ellis, A. (2001). Overcoming destructive beliefs, feelings, and behaviors: New directions for rational emotive behavior therapy. Prometheus Books.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun