Mohon tunggu...
Den Reza Alfian Farid
Den Reza Alfian Farid Mohon Tunggu... Lainnya - Digital Marketer

Terkadang ku lupa pernah berpikir apa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bagaimana "Behaviorism" Bisa Digunakan dalam Pendidikan?

22 Juni 2023   19:00 Diperbarui: 22 Juni 2023   19:06 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengulas Behaviorisme dalam Pendidikan: Itu Bisa Lebih Menyenangkan dari yang Dikira! Menggali behaviorisme lewat kisah seorang anak, Budi, yang merasa cemas setiap kali mendengar bel sekolah. Kenapa? Karena suara itu membangkitkan respons negatif terhadap pelajaran matematika. Riset tentang bagaimana belajar mengatur kondisi untuk hasil yang diinginkan bisa mengubah cara kita melihat pendidikan.

Mengembara di labirin pikiran manusia, kita berjumpa dengan behaviorisme, ilmu yang menguraikan bagaimana perilaku manusia bisa dipengaruhi dan diarahkan. Lantas, bagaimana jika kita mengambil petunjuk dari behaviorisme dan menggunakannya untuk memetakan perjalanan belajar? Dalam labirin ini, akan kita temukan jawabannya.

Sepotong Kisah tentang Rangkaian Kondisi

Mari mulai dengan sebuah kisah. Ada seorang anak bernama Budi. Setiap kali suara bel sekolah berbunyi, Budi selalu merasa cemas. Kenapa? Karena bel itu berarti pelajaran matematika akan dimulai dan Budi merasa tidak mampu. Itu yang disebut dengan kondisioning klasik, suatu konsep dalam behaviorisme.

Belajar dari Budi, dapat dilihat bahwa sebuah stimulus (suara bel) dapat membangkitkan respons (kecemasan) meski sebenarnya tidak ada hubungannya secara langsung. Dengan kata lain, sekeliling kita sebenarnya sedang mempengaruhi perilaku, meski tidak disadari.

Jadi, coba perhatikan lingkungan sekitar. Apa saja yang tanpa disadari berubah jadi "bel matematika" bagi kehidupan? Dari sini, mengenal behaviorisme bukan lagi urusan para pakar. Semua bisa terlibat dan merasakan dampaknya.

Behaviorisme dalam Kerangka Pendidikan

Mengenal behaviorisme bukan berarti harus memaksakan semua pelajaran di sekolah menjadi 'bel matematika'. Sebaliknya, behaviorisme dapat menjadi cara untuk membantu proses belajar menjadi lebih efektif. Bagaimana caranya?

Metode pengajaran bisa disesuaikan dengan prinsip behaviorisme. Misalnya, guru dapat menciptakan kondisi yang dapat merangsang siswa untuk menunjukkan respons yang diinginkan. Lebih lanjut, guru juga bisa memberi penguatan (reward) untuk respons yang positif, dan menghilangkan penguatan tersebut untuk respons negatif.

Namun, perlu diingat bahwa pendidikan tidak hanya tentang menanamkan respons tertentu pada siswa. Pendidikan juga tentang membantu siswa menjadi individu yang kritis dan berpikiran terbuka.

Perkembangan Behaviorisme dalam Dunia Pendidikan

Penting untuk mengetahui bahwa behaviorisme tidak hanya menekankan pada pembelajaran melalui kondisioning. Ada juga behaviorisme operan, yang dikemukakan oleh B. F. Skinner, yang menekankan pada penggunaan penguatan dan hukuman untuk mengubah perilaku.

Contohnya, jika seorang siswa mengerjakan tugas dengan baik, dia bisa mendapatkan pujian atau nilai bagus (penguatan positif). Sebaliknya, jika siswa sering bolos, dia bisa mendapatkan hukuman berupa tugas tambahan atau nilai kurang (penguatan negatif).

Namun, juga penting untuk menyadari bahwa setiap individu berbeda-beda. Tidak semua metode pengajaran akan efektif bagi semua orang. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik masing-masing individu.

Menggabungkan Behaviorisme dan Pendekatan Lainnya dalam Pendidikan

Penerapan behaviorisme dalam pendidikan tentu bukan berarti metode lainnya tidak berharga. Sebaliknya, pendekatan lain seperti kognitif, konstruktivis, dan humanis bisa digabungkan dengan behaviorisme untuk mencapai hasil belajar yang lebih optimal.

Misalnya, dalam kelas matematika, guru bisa menggunakan prinsip behaviorisme untuk mendorong siswa agar lebih aktif bertanya (melalui penguatan positif berupa pujian). Sementara itu, untuk membantu siswa memahami konsep, guru bisa menggunakan pendekatan konstruktivis, di mana siswa diajak untuk aktif membangun pengetahuan mereka sendiri.

Dengan menggabungkan pendekatan-pendekatan ini, proses belajar tidak hanya menjadi lebih efektif, tapi juga lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa.

Dampak Behaviorisme Terhadap Pendidikan di Era Digital

Era digital ini menawarkan berbagai alat baru yang dapat dimanfaatkan dalam pendidikan. Salah satunya adalah teknologi belajar adaptif, yang dirancang untuk menyesuaikan materi belajar berdasarkan respons dan perkembangan belajar siswa.

Teknologi ini sebenarnya menerapkan prinsip-prinsip behaviorisme. Misalnya, jika sistem melihat bahwa seorang siswa mengalami kesulitan dengan materi tertentu, sistem akan menyesuaikan materi tersebut menjadi lebih mudah. Jika siswa berhasil, mereka akan mendapatkan penguatan berupa poin atau medali virtual.

Ini membuktikan bahwa behaviorisme tidak hanya relevan dalam pendidikan tradisional, tetapi juga dalam pendidikan di era digital.

Behaviorisme, Pendidikan, dan Kesejahteraan Psikologis

Mungkin banyak yang bertanya-tanya, apa hubungan antara behaviorisme, pendidikan, dan kesejahteraan psikologis? Jawabannya cukup sederhana, pendidikan yang baik harus mempertimbangkan aspek psikologis siswa.

Behaviorisme bisa membantu siswa merasa lebih terlibat dan termotivasi dalam belajar. Misalnya, dengan penguatan positif, siswa akan merasa dihargai atas upaya dan kemajuan mereka, yang pada akhirnya bisa meningkatkan rasa percaya diri dan kesejahteraan psikologis mereka.

Namun, sekali lagi, pendekatan ini harus digunakan dengan bijak. Jangan sampai penguatan dan hukuman digunakan semata-mata untuk memanipulasi siswa, tanpa mempertimbangkan perasaan dan hak-hak mereka.

Kontroversi Behaviorisme dalam Pendidikan

Walaupun banyak manfaat yang bisa diperoleh dari behaviorisme, tentu ada juga kontroversinya. Beberapa orang berpendapat bahwa behaviorisme terlalu mekanistik dan mengabaikan aspek kognitif dan emosional dalam pembelajaran.

Mereka juga berpendapat bahwa penguatan dan hukuman bisa menimbulkan tekanan dan stres pada siswa. Mereka khawatir bahwa ini bisa mengarah pada pendidikan yang lebih berorientasi pada hasil daripada proses.

Kontroversi ini menunjukkan bahwa dalam pendidikan, tidak ada satu pendekatan yang sempurna. Semua pendekatan memiliki kelebihan dan kekurangan, dan penting bagi kita untuk mencari keseimbangan.

Menatap Masa Depan: Behaviorisme dan Pendidikan yang Humanis

Tantangan di masa depan adalah bagaimana menggabungkan prinsip behaviorisme dengan pendekatan pendidikan yang humanis. Dalam pendidikan yang humanis, siswa dilihat sebagai individu yang unik dan berharga, bukan hanya sebagai objek belajar.

Sebagai contoh, guru bisa menggunakan prinsip behaviorisme untuk mendorong siswa agar lebih aktif dalam kelas, tetapi juga memastikan bahwa siswa memiliki ruang untuk berpikir kritis dan mengembangkan pengetahuan mereka sendiri.

Pendidikan yang baik harus mampu menghargai dan mengembangkan potensi setiap individu. Dan dalam pencapaian itu, behaviorisme dapat memiliki peran yang sangat penting.

Referensi:

  1. Skinner, B. F. (1953). Science and human behavior. Simon and Schuster.
  2. Pavlov, I. P. (1927). Conditioned reflexes. Oxford University Press.
  3. Woolfolk, A. (2013). Educational psychology. Pearson.
  4. Vygotsky, L. S. (1980). Mind in society: The development of higher psychological processes. Harvard University Press.
  5. Rogers, C. R. (1969). Freedom to learn. Merrill.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun