Kesenangan dan kebahagiaan, dua kata yang sering dianggap sama. Padahal, ada perbedaan mendasar antara keduanya. Kesenangan biasanya bersifat sementara dan lebih kepada reaksi fisik dan mental terhadap sesuatu yang menyenangkan. Contohnya, merasa senang ketika makan makanan kesukaan atau merasa senang ketika mendapatkan pujian.
Sementara kebahagiaan lebih kompleks dan mendalam. Kebahagiaan melibatkan rasa puas, damai, dan merasa hidup kita penuh makna. Kebahagiaan bukan sekadar reaksi sejenak terhadap sesuatu yang menyenangkan, tapi kondisi emosi yang berlangsung dalam jangka waktu yang lebih panjang.
Seorang yang mengejar hedonisme mungkin akan merasa senang setelah mendapatkan apa yang diinginkan. Namun, rasa senang tersebut biasanya hanya bertahan sebentar. Setelah itu, muncul keinginan baru, dan siklus ini terus berulang. Artinya, dalam hedonisme, kebahagiaan menjadi sesuatu yang harus selalu dikejar dan tak pernah cukup.
Sebuah Ilustrasi, "Kisah Tomy dan Perjalanan Mencari Kebahagiaan"
Nah, cobalah bayangkan Tomy, seorang anak muda yang sangat menikmati hidup dan kerap melakukan berbagai aktivitas yang menyenangkan. Tomy suka traveling, party, belanja barang-barang mewah, dan sebagainya. Tomy menganggap dirinya hedonis dan merasa bahagia dengan kehidupannya.
Tapi, suatu ketika, Tomy mulai merasa bosan dan jenuh. Dia merasa kehidupannya kurang berarti meskipun dia selalu melakukan hal-hal yang menyenangkan. Tomy merasa ada yang kurang, meski dia tidak bisa menjelaskan apa itu.
Tomy merasakan sesuatu yang mungkin banyak dirasakan oleh kita semua. Sebuah rasa bahwa kebahagiaan itu bukan hanya soal mengejar kesenangan, namun juga mencari makna dan tujuan dalam hidup.
Membuka Wawasan, "Hedonisme atau Eudaimonia?"
Di balik hedonisme, ada pandangan filsafat lain yang bisa menjadi pertimbangan. Itulah eudaimonia, pandangan yang diajukan oleh Aristoteles, filsuf Yunani kuno. Aristoteles berpendapat bahwa tujuan hidup manusia bukanlah mengejar kesenangan, melainkan mencapai "eudaimonia," atau kebahagiaan sejati dan keberhasilan manusiawi.
Menurut Aristoteles, eudaimonia tidak hanya tentang merasa senang, tapi juga tentang berkembang dan mencapai potensi terbaik kita sebagai manusia. Kebahagiaan sejati bukanlah tentang merasa senang setiap saat, melainkan tentang memiliki hidup yang penuh makna dan berharga.
Menyimpulkan, "Hedonisme dan Kebahagiaan: Sebuah Pandangan"