Mohon tunggu...
Den Reza Alfian Farid
Den Reza Alfian Farid Mohon Tunggu... Lainnya - Digital Marketer

Terkadang ku lupa pernah berpikir apa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kenapa Gen Z Cenderung Rentan Overthinking?

19 April 2023   09:00 Diperbarui: 19 April 2023   08:59 1302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Sinitta Leunen on Unsplash 

Sejenak membayangkan generasi Z, pasti banyak di antara kita yang langsung teringat pada sosial media, teknologi, dan perubahan cepat yang terjadi dalam kehidupan mereka. Namun, ada satu hal yang mungkin jarang disadari, bahwa generasi ini juga memiliki kecenderungan untuk overthinking, atau berpikir berlebihan. Lantas, apa yang melatarbelakangi fenomena ini? Mari kita kupas lebih jauh.

Pertama, penting untuk memahami bahwa generasi Z lahir dan tumbuh dalam era informasi, di mana setiap orang memiliki akses hampir tanpa batas untuk memperoleh informasi. Akibatnya, generasi ini seringkali terlalu banyak mendapatkan informasi yang kadang tak relevan, sehingga membuat mereka merasa terbebani dan cenderung berpikir berlebihan. Bayangkan, jika seseorang terus menerus menerima berbagai macam informasi, apa yang terjadi? Seperti gelas yang terus diisi hingga meluap, pikiran seseorang bisa kehilangan kendali dan menciptakan kekacauan.

Selain itu, sosial media turut mempengaruhi gaya hidup generasi Z. Melalui platform ini, mereka bisa terhubung dengan banyak orang sekaligus, membagikan pengalaman, dan mendapatkan umpan balik. Namun, sisi negatifnya adalah mereka menjadi terlalu peduli dengan opini orang lain. Hal ini menyebabkan mereka terjebak dalam pemikiran tentang apa yang orang lain pikirkan tentang mereka, apakah mereka sudah cukup baik, dan seterusnya. Inilah yang disebut sebagai "pikiran lintas", di mana seseorang terlalu fokus pada pandangan orang lain dan mengabaikan pandangan diri sendiri.

Dalam dunia psikologi, fenomena ini dianggap sebagai salah satu bentuk cognitive distortion, atau distorsi kognitif. Distorsi kognitif adalah cara berpikir yang salah atau tidak akurat, yang bisa menyebabkan perasaan cemas, stres, dan bahkan depresi. Dalam konteks generasi Z, distorsi kognitif ini bisa berarti mereka cenderung berpikir negatif tentang diri sendiri dan keadaan sekitar mereka.

Sebagai contoh, bayangkan jika seseorang memiliki sepuluh piring yang bersih dan satu piring yang kotor. Mereka yang memiliki distorsi kognitif cenderung fokus pada piring yang kotor tersebut, sementara mereka yang berpikir secara realistis akan melihat keseluruhan piring yang ada. Analogi ini mencerminkan bagaimana generasi Z seringkali terjebak dalam overthinking, di mana mereka terlalu fokus pada hal-hal negatif dan mengabaikan hal-hal positif yang ada di sekitar mereka.

Lalu, bagaimana cara mengatasi overthinking? Salah satu solusi yang bisa diambil adalah dengan mengajarkan generasi Z untuk mengenali distorsi kognitif dan mengubah cara berpikir mereka. Salah satu teknik yang bisa digunakan adalah cognitive restructuring, yang merupakan proses mengidentifikasi dan mengubah pemikiran yang salah atau tidak akurat menjadi lebih realistis dan sehat. Dengan mengenali pola pikir yang tidak sehat, generasi Z bisa belajar untuk mengendalikan pikiran mereka dan mengurangi kecenderungan berpikir berlebihan.

Selain itu, penting bagi generasi Z untuk mengelola waktu mereka di sosial media. Terlalu banyak menghabiskan waktu di platform ini dapat memperburuk kecenderungan overthinking, karena mereka terus-menerus terpapar opini orang lain dan informasi yang tak relevan. Maka dari itu, mengatur waktu dan membatasi penggunaan sosial media bisa menjadi cara yang efektif untuk mengurangi overthinking.

Kemudian, generasi Z perlu diberi kesempatan untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran mereka. Terkadang, overthinking disebabkan oleh ketidakmampuan seseorang untuk mengkomunikasikan apa yang ada di pikiran mereka. Oleh karena itu, menciptakan lingkungan yang mendukung dan aman bagi generasi Z untuk berbicara tentang perasaan mereka bisa membantu mereka meresapi pikiran mereka dengan lebih baik dan mengurangi kecenderungan berpikir berlebihan.

Selain itu, melibatkan generasi Z dalam kegiatan yang melibatkan fisik dan kreativitas bisa menjadi cara yang baik untuk mengurangi overthinking. Dengan berolahraga atau berkarya, mereka bisa mengalihkan perhatian dari pikiran yang mengganggu dan menyalurkan energi mereka ke dalam sesuatu yang lebih produktif.

Akhir kata, overthinking adalah fenomena yang kompleks, namun bisa diatasi dengan pendekatan yang tepat. Dengan memahami latar belakang dan penyebab generasi Z cenderung berpikir berlebihan, kita bisa membantu mereka untuk menghadapi tantangan ini dan menciptakan kehidupan yang lebih sehat dan bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun