Mohon tunggu...
denotasi digital
denotasi digital Mohon Tunggu... Content Writer -

Content Producent and Multification Media

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Warga Kota Boikot Nasi Demi Kulit Mereka Terlihat Terawat

27 Februari 2019   07:30 Diperbarui: 27 Februari 2019   07:29 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Denotasi Digital -- Warga kota sudah memboikot nasi yang berasal dari desa lambung tambang. Sebab mereka lebih minat mengoleksi sunscreen.

Dunia seolah berubah seratus delapan puluh derajat. Warga desa lambung tambang lumayan resah. Namun Wagito tetap bersikap wajar. Ia seolah sudah memprediksi peristiwa ini akan terjadi. Ia akhirnya tidak bergaul dengan teman-teman. Ia justru sibuk mempelajari beberapa aplikasi market place dan sosial media. Tiba---tiba sebuah senyum simpul tercipta di ujung bibirnya.

Istri mengetuk pintu kamar dan mengajak wagito untuk makan siang terlebih dahulu. Ia menutup laptop dan lekas menuju ke ruang makan sambil tersenyum lebar. Tentu saja anggota keluarga lain agak heran dan balik bertanya kepadanya. Ia malah duduk dan mulai menyantap makanan terlebih dulu. Mereka akhirnya makan dan membiarkan topik baik itu terkubur sejenak.

Tiba-tiba salah seorang anak sudah selesai makan. Ia kemudian beranjak menuju ruang tamu dan menyalakan televisi. Seorang reporter kenamaan ibu kota mulai bersyair merdu mengenai bencana kecelakaan pesawat luar angkasa. Wagito tiba-tiba terdiam sejenak dan memperhatikan ucapan sang penyiar. Ia menyatakan bahwa kota sudah kebanjiran ragam barang komestik, tapi kini mereka lebih membutuhkan nasi. Seketika Wagito tersenyum lebar.

Mereka akhirnya berkumpul di ruang tamu dan Wagito mulai menjelaskan rencana brilian ini kepada anggota keluarga. Intinya bahwa ia akan mengkomoditikan beras ini dengan cara dijual secara online. Ia pun sudah mempelajari bagaimana tata cara kerja market place dan sosial media. Ia terbilang cukup cepat dalam menganalisa apa yang akan terjadi akibat peristiwa ini. Seperti biasa mereka lalu keluar dan mengajak berdikusi beberapa warga mengenai rencana ini. Akhirnya rencana ini disetujui oleh kepala desa.

Minggu berganti minggu lain. Warga desa lambung tambang sudah kebanjiran orderan. Kini mereka tidak punya waktu merenungi nasib. Waktu mereka malah habis digunakan untuk bekerja dan mengedukasi. Sebab mereka punya tanggung jawab untuk memberdayakan sumber daya manusia, seperti warga desa lain. Supaya mereka ikut menikmati kehidupan layak dan kebahagian ala warga kota.

Mendadak peran Wagito di desa tambah menjadi lebih krusial. Ia kini didaulat menjadi penasihat sekaligus pembimbing bagi kawan pekerja lainnya. Ia bahkan telah menjadi orang yang lumayan disegani. Namun ia tidak pernah berubah menjadi orang besar kepala.

Wagito tetaplah orang yang sama seperti sedia kala. Ia masih tetap turun ke lapangan sekedar memeriksa kondisi beras, pengelolaan pupuk, proses pemesanan baik melalui market place maupun website, dan terakhir adalah proses pengiriman barang. Ternyata semua proses itu sudah berhasil dijalani dengan baik.

Bulan akhirnya berganti menjadi tahun. Warga desa mulai sadar akan satu hal. Sepertinya mereka mulai tertarik dengan gaya busana dan penampilan diri. Barangkali hal ini bisa terjadi akibat mereka mulai sering mengkonsumsi sosial media. Kembali Wagito melihat peristiwa ini sebagai celah dalam merubah cara pandang mereka. Ia akhirnya meminta mereka berkumpul di balai desa. Tentu saja warga desa berkumpul dengan wajah cerah dan antusias.

Wagito lantas menuturkan tentang pentingnya seorang manusia mengerti dan menghargai penampilan diri sendiri. Pelan mereka mulai menyimak juga menghujani Wagito dengan sejumlah pertanyaan dari tingkat kesulitan mudah sampai sulit. Meski begitu semua pertanyaan tetap bisa dijawab dengan baik.

Diskusi akhirnya selesai juga. Semua warga desa pulang ke rumah dengan wajah cerah juga pikiran terbuka. Seolah-olah mereka baru saja mendapat asupan ilmu baru. Mereka lalu buru-buru minta disudahi saja sesi tanya jawabnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun