Dari jaman kuda gigit besi sampai jaman kuda besi, gizi selalu jadi persoalan yang tak pernah habis dalam bahasan. Dari mulai belahan bumi bagian barat, timur, utara dan selatan, permasalahan gizi balita (hampir) pasti jadi isu yang seksi dan manarik untuk dibahas sambil ditemani secangkir kopi dan roti sumbu.
Nah, menurut hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan menunjukkan, di Indonesia saat ini terdapat empat permasalahan gizi balita di Indonesia yakni stunting, wasting, underweight, dan overweight.
Dari keempat persoalan tersebut, sejak tahun 2022 pemerintah berupaya keras memutar otak guna menurunkan angka prevalensi stunting atau ukuran badan pendek yang terbilang kronis hingga membuat gerah dan jengah para pejabat. Apalagi Indonesia punya target Indonesia emas 2045.
Apa kata dunia, kalo pas 100 tahun atau 1 abad yang merupakan momentum bersejarah tersebut ternyata Indonesia tak mampu meraih keuntungan bonus demografi ?
Dengan 70 persen penduduk berusia produktif, jika bonus demografi ini tidak dimanfaatkan dengan baik sepertinya Indonesia akan berada dalam situasi sulit dan melahirkan kerawanan sosial kemiskinan, kesehatan yang rendah, pengangguran, dan tingkat kriminalitas yang tinggi.
Oleh karenanya guna menciptakan generasi masa depan Indonesia yang cerdas dan mau menerima perubahan, maka persoalan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi penting dan persoalan gizi harus bisa segera teratasi hingga tuntas sejak dini.
Ubah Pola Pikir
Hasil Survei SSGI Kementerian Kesehatan menunjukan pada tahun 2022 prevalensi stunting di Indonesia mencapai 21,6 persen. Angka tersebut lebih tinggi dari ambang batas yang ditetapkan oleh WHO sebesar 20 persen.
Pemerintah dengan segala instrumennya berusaha mengejar target untuk menurunkan stunting pada 2024 yang tinggal hitungan bulan kedepan menjadi 14 persen. Meski berat tapi target sudah jadi ketetapan, sehingga segala upaya coba dikerahkan termasuk dukungan anggaran.
Tak main-main dalam hal ini, pemerintah menggelontarkan anggaran belanja pemerintah yang cukup besar untuk mendukung percepatan penurunan stunting yaitu sebesar Rp34,15 triliun pada 2022 dan Rp30,4 triliun pada 2023.
Skema pun sudah terencana dengan matang melalui tiga intervensi, yakni intervensi spesifik, intervensi sensitif, dan intervensi dukungan yang melibatkan berbagai instansi dan lintas sektor.