"Barangkali Tuhan menciptakan kopi supaya kita bisa berteman" Cuitan kalimat dari kedai kopi kalkun di bilangan jalan margacinta kota Bandung itu, mungkin ada benarnya juga. Secangkir kopi (kopi giling tentunya) bisa membawa suasana berbeda, menjadi lebih cair dan seolah seolah bertemu dengan kawan lama (meski baru beberapa kali bertemu hehehe).
Nah cerita kebiasaan minum kopi ini juga, menjadi awal perbincangan dengan seorang pria dengan perawakan tinggi besar, suaranya berat dan pandangan mata tajam, saat berjabat tangan pun genggaman tangannya juga kuat. namun, gambaran fisik ternyata tidak selalu berbanding lurus, apalagi setelah berbincang sambil tentunya ditemani secangkir kopi, pria ini menjadi sangat ramah dan berbagi akhirnya berbagi cerita bersama dengan sejumlah rekan sejawatnya dari jajaran perum bulog divre jabar.
"saat berdinas di aceh, selepas jam kerja seperti kebiasaan masyarakat aceh saya juga sering ngobrol santei di kedai kopi, dan selalu ramai. Jadi ada potensi bisnis disana" ungkap Achmad Mamun membuka pembicaraan di siang hari ini.
Kebiasaan minum kopi ini juga akhirnya di bawa ke bandung, dia mengaku kenapa tidak jika biji kopi yang ada di tatar parahiangan diolah dan disajikan di sejumlah kedai kedai kopi sehingga memiliki nilai tambah disamping biji kopi dari tanah pasundan khususnya wilayah garut juga memiliki kualitas yang bagus bahkan sudah diakui dunia.
Pria yang juga menjabat sebagai kepala Bulog Divre Jabar ini juga berpendapat, kenapa tidak di Rumah Ketahanan Pangan (RPK) Bulog yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah, juga ada kedai kopinya. Jadi masyarakat sambil berbelanja kebutuhan pokok bisa sambil menikmati secangkir kopi dan bersilaturahmi menambah saudara.
Kopi Sunda Hejo
Biji kopi yang tersedia di kopi kalkun ini ada dua jenis yaitu robusta dan arabika, sedangkan nama dari kopi kalkun ini tidak ada hubungannya dengan ayam kalkun. Tapi pengembangan dari Kopi Sunda Hejo yaitu salah satu kopi asal sunda yang saat ini ditanam oleh paguyuban tani di wilayah kabupaten garut dan pangalengan.
Menurut kang nanar, kopi sunda hejo ini berasal dari jenis biji kopi arabika dengan rasa sedikit manis. Sedangkan kandungan kafeein nya lebih rendah dari biji kopi lainnya. dalam pengolahannya kopi sunda hejo ini diolah dengan cara setelah pemetikan dilakukan fermentasi dalam waktu 1 malam setelah itu hasil fermentasi dikeringkan dalam rumah bambu hingga menjadi biji kopi sunda hejo ini disebut sebut sebagai kebangkitan dari kopi priangan yang sebelumnya ada pada masa kolonial.
Untuk rasanya, tidak kalah dengan biji kopi yang ditanam dan diproduksi diwilayah aceh maupun Sumatra. Sehingga tidak menutup kemungkinan biji kopi dari tatar parahiangan ini dikemudian hari akan mendunia seperti kopi gayo, mandailing, ataupun toraja.
Pa Achmad maupun kang nanar memiliki kemiripan saat menikmati secangkir kopi yaitu tanpa gula. Namun bagi penikmat kopi pemula bisa juga ditambah dengan sedikit gula merah untuk memancing rasa manis dari secangkir kopi yang dihidangkan.