Assalamualsaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Dan salam Sejahtera
Sudah lama tidak posting lagi dikompasiana dan sekarang pun sudah banyak berubah..OK !
Mungkin disini saya hanya ingin menulis lebih ke arah curhatan saya tentang fenomena yang terjadi di masyarakat Indonesia. Ya..Fenomena tersebut tidak lepas dari budaya yang entah siapa pencetusnya atau siapa pelopornya yang membuat budaya itu mendarah daging hingga sekarang. Budaya itu adalah budaya Mudik Lebaran. Mudik saat lebaran sudah menjadi budaya yang bahkan menjadi wajib bagi setiap orang terutama PPP (Para Pria Perantau), termasuk saya sendiri. Baiklah saya disini bukan untuk membahas tentang mudik. Saya akan membahas tentang sebuh kebiasaan yang bisa dibilang buruk. Kenapa saya bilang buruk ? Sebelumnya saya minta maaf karena tulisan ini saya buat hanya ingin curhat saja bukan bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Fenomena mudik pasti akan dibarengi dengan berkumpulnya keluarga - keluarga lain kerumah saudara yang dituakan. Yah...tentu niat awalnya adalah untuk bersilahturahmi dan mempererat tali persaudaraan antar saudara. Dan biasanya dalam suasana ini saudara yang jarang pulang, saudara jauh, saudara dekat, ataupun saudara yang mungkin tidak anda kenal kemungkinan akan datang ke sana. Suasana akan ramai bahkan rumah yang biasanya terlihat sepi akan seketika berubah menjadi seperti mall. Canda tawa tentu akan menghiasi ditambah dengan suara derap kaki anak - anak kecil yang berlarian kesana kemari. Suara tangis dari bayi bagi pasangan yang baru dikaruniai buah hati, dan itu semua akan bercampur aduk menambah hangat suasana yang dibangun saat itu. Tentu saja tidak ada yang salah dengan itu semua malah sangat indah menurut saya. Dan saya sendiri pun tidak bisa mengingkari apabila saya sangat bersedih saat tidak bisa pulang kekampung halaman waktu lebaran. Namun suasana itu akan sirna seketika hanya karena satu noda kecil. Noda itu tidak lain adalah PAMER KEKAYAAN.
Pamer kekayaan ini seperti sebuah bumbu yang akan selalu ada saat lebaran. Fenomena yang satu ini menjadi parasit bagi setiap keluarga. Kenapa saya berkata begitu ? kembali lagi kebudaya yang awalnya hanya sebagai sebuah media untuk memperat tali silahturahmi ini berubah. Saat semua keluarga berkumpul terkadang mereka akan mulai bercerita ataupun curhat tentang kesehariannya. terkadang ada disertai dengan sebuah cerita yang dilebih lebihkan atau bisa dibilang lebay. bagaimana tidak? mereka bercerita dengan maksud untuk membuat orang lain iri ataupun merasa direndahkan secara psikologi. seperti halnya mereka bercerita tentang kesuksesannya. Baik dalam pekerjaan ataupun dalam hal apapun. Dan itu semua hanya untuk membuat seakan dia menjadi sorotan bagi orang lain. Dan itu semua membuat inti dari lebaran itu sirna. Ditambah lagi terkadang mereka datang dengan mobil mewahnya ataupun motor mewah dengan harga yang selangit. Tentu tidak bisa disalahkan juga apabila mereka datang dengan mobil ataupun sepeda motor mengingat jarak yang jauh. Tapi haruskan dengan disertai dengan pamer ataupun unjuk harta. Apakah semua itu berpengaruh ??? apakah dengan kita memamerkan kekayaan atau kesuksesan kita maka orang akan kagum ?? menurut saya ini semua tidak akan pernah berujung. Saat salah satu dari mereka merasa direndahkan tentu akan membuat yang lain menjadi dendam, karena merasa di rendahkan. Sehingga akan menjadi sebuah ajang balas dendam kepada yang lain. Tentu yang lain tidak akan tinggal diam dan barang tentu pasti akan memamerkan juga harta dan kesuksesan mereka.
Baiklah saya memang prihatin terhadap orang - orang yang hanya ingin pamer harta di saat Lebaran. Bukankah lebaran adalah kita kembali ke fitri atau suci kembali. Lalu untuk apa kita memamerkan semua harta dan jabatan yang kita dapat. Berkumpul dengan keluarga dan mempererat tali silahturahmi menjadi inti yang di lupakan. Kalaupun kita sudah memamerkan semua lalu apa yang kita dapat. Malah bukan maaf yang kita terima dari saudara - saudara tapi malah dendam yang akan mewarnai itu semua. Cobalah kita renungkan sejenak, apa yang menjadi inti dari sebuah acara yang hanya di lakukan setahun sekali ?. Dan itu semua akan sia - sia, apabila hanya dihiasi dengan gemerlap harta serta jabatan yang kita ungkap dengan lantang lewat bibir. Apakah itu semua bermanfaat ?. Jawabannya itu tergantung dari persepsi masing - masing orang. Jika saya ditanya lebih baik saya berkumpul dengan keluarga tanpa harus ada embel - embel harta atau pangkat yang menempel. Lupakan sejenak semua kembali ke fitri. Nikmati saja kebersamaan lebaran yang mungkin setiap manusia belum tentu bisa merasakan. Bukankah akan lebih baik perjuangan kita melawan hawa nafsu selama sebulan dengan berpuasa dan dihiasi dengan hangatnya suasana kekeluargaan. STOP PAMER KEKAYAAN SAAT LEBARAN.
Mungkin itu saja curhatan saya seandainy adalah kesalahan saya mohon maaf.
MINAL AIDZIN WALFAIZIN, MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN.
Â
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H