Dalam program di TV tadi, Ratna Sarumpaet mempertanyakan Judul di sebuah media cetak yang menyebut penggusuran Kalijodo berlangsung tertib. Menurut Ratna, media melakukan framing yang seolah-olah semua yang dilakukan Ahok adalah sebuah kebenaran.
Ahok memang menjadi "Media Darling". Apa pun yang dikatakan dan dilakukan Ahok adalah berita. Lihat saat Ahok menemukan gulungan bekas kabel dan menyatakan ada dugaan sabotase agar membuat Jakarta banjir. Media dengan sekonyong-konyong melahap pernyataan itu dengan memberitakan adanya sabotase banjir. Beberapa hari kemudian, setelah beberapa pihak menyatakan tidak ada unsur sabotase dalam kasus itu, media pelan-pelan menjadikan berita itu sebagai kasus biasa.
Namun tidak ada klarifikasi lagi soal pernyataan Ahok sebelumnya tentang sabotase banjir. Media seakan tidak peduli pada benar atau tidaknya ucapan Ahok. Media hanya membutuhkan sisi kontroversi dari pernyataan seorang Ahok. Beberapa pernyataan Ahok bahkan diframing agar menjadi kontroversi. Media tidak bisa disalahkan karena memang begitulah media bekerja. Hanya saja, media juga diharapkan netral dan proporsional dalam pemberitaan tentang Ahok memimpin Jakarta.
Warga Jakarta sebenarnya bisa dikatakan tidak terlalu peduli siapa yang akan memimpin Jakarta. Ahok atau bukan adalah nomor sekian. Bagi warga Jakarta, masalah macet dan banjir serta kenyamanan adalah hal yang didambakan. Bahkan saat pemimpin Jakarta tidak mampu memberikan kenyamanan pun, rakyat Jakarta cenderung tidak peduli.Â
Mereka sudah terbiasa dibuat untuk selalu waspada dan bisa menerima kenyataan jika terjadi macet dan banjir. Namun saat macet dan banjir bisa sedikit terurai, dengan sportif pula warga Jakarta akan memberikan apresiasi. Maka tidak heran jika ada beberapa pihak yang dulu tidak mendukung Ahok, kini berbalik karena menganggap beberapa kebijakan Ahok sesuai dengan keinginannya.
Popularitas Ahok saat ini tidak terkejar di survei-survei. Para penantang akan lebih serius mencari jurus untuk melumpuhkan Ahok. Prof Tjipta Lesmana bahkan berani menyatakan bahwa Yusril Ihza Mahendra akan mencari kasus hukum yang melibatkan Ahok nantinya. Politik memang tidak bisa diramalkan. Yang disayangkan hanya satu, mengapa para penantang ini tidak bersatu saja? Karena percuma melawan Ahok dengan ramai-ramai. Hanya akan memecah suara dalam pilkada.
Â
Denny S. Batubara, M.Ikom
Lulusan S2 Komunikasi Politik dan Media
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H