Sebelum masuk lebih lanjut ke tulisan ini, saya perlu mengakui bahwa tulisan ini adalah hasil kebimbangan dari skripsi saya yang membahas tentang strategi coping stress. Untuk itu, saya menulis ini untuk membantu saya mengelaborasi topik ini.
Pemahaman mengenai variabel ini bagi saya juga tidak bisa dijelaskan hanya dari satu pandangan, melainkan beberapa aspek pandangan dan penelitian berbeda. Yah, walaupun saya tidak akan memaparkan semua penelitian.
Di sisi lain, mungkin tulisan ini juga bisa menjadi informasi baru bagi teman-teman 'skripsi fighter' dengan topik yang sama atau hanya sekedar mengetahui apa itu coping stress.
Jelas setiap manusia memiliki masalah dalam hidupnya. Silahkan saja jika anda ingin membantah pernyataan ini dengan menjawab, "Saya tidak punya masalah tuh" dengan memaparkan bukti bahwa anda tidak memiliki masalah. Tapi jika hari depan anda akhirnya memiliki masalah, jangan salahkan saya.
Yup, masalah mungkin tidak datang sekarang, namun untuk selanjutnya kita tidak tahu. Begitupun pula masalah yang ada sebelumnya, bisa saja datang lagi atau mungkin ada sudah terbiasa dengan masalah tersebut. Akhirnya kembali lagi dari pernyataan di awal paragraf sebelumnya: setiap orang memiliki masalah. Sekali lagi, silahkan membantah pernyataan ini jika memang anda tidak pernah memiliki masalah seumur hidup anda!
Tidak ada yang tidak ingin keluar dari masalah. Untuk itu, jika ada masalah, kita senantiasa berusaha untuk keluar mencari jalan keluarnya. Tindakan untuk mencari jalan keluar itulah yang disebut coping stress. Lebih lanjut lagi, Folkman dan Lazarus (1986) mengatakan bahwa coping merujuk pada usaha secara perilaku nampak maupun kognitif untuk menghadapi masalah, baik dengan melawan sumber stres maupun meregulasi emosi.
Kata "usaha" dalam pernyataan tersebut perlu digarisbawahi karena hal tersebutlah yang membedakan coping dengan adaptation. Jika suatu masalah butuh usaha untuk menyelesaikannya, maka disebut coping.
Akan tetapi, jika masalah tersebut bukanlah menjadi masalah lagi, berarti orang tersebut sudah melakukan 'adaptasi' dengan masalah tersebut. Lebih lanjut lagi, adaptasi bisa dibilang sebagai hasil yang didapat melakukan usaha (coping) tersebut.
Nah, bagaimana jika orang tersebut tidak berusaha atau hanya sedikit usaha untuk menghadapi masalah tersebut? Hal tersebut disebut dengan defense.
Kenapa? Karena mereka hanya bertahan pada situasi tersebut. Kalian bisa merujuk pada teori Freud tentang defense mechanism dimana Freud memaparkan beberapa jenis pertahanan diri seperti contohnya: mengingkari bahwa dia tidak punya masalah (disebut denial).
Ketiga inilah yang menurut saya perlu dibedakan secara teoritik, walaupun sebenarnya kita dapat menalar hal tersebut. Ketiga hal tersebut juga dapat saling berinteraksi satu sama lain.