Mohon tunggu...
Denny Rizkinata
Denny Rizkinata Mohon Tunggu... Wiraswasta - Prodi: Magister Bioteknologi - Universitas Katolik AtmaJaya - Wiraswasta

Seorang mahasiswa dengan memiliki peminatan dibidang sains dan peternakan Program Studi : Magister Bioteknologi Universitas: Universitas Katolik Atma Jaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Berbekal Ilmu "ini" Peningkatan Produktivitas Sapi Kian Meningkat!

9 November 2022   09:09 Diperbarui: 11 November 2022   21:19 971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2. Mekanisme CRISPR dalam mengenali dan menghambat kerja material asing (Sumber: Arora, 2017)

 Fakta Seputar Peternakan Sapi

         Semua peternak sapi di dunia tentunya memiliki sebuah tujuan yang sama yaitu dengan mendambakan agar sapi yang dikelola memiliki produktivitas yang tinggi. Produktivitas ini dapat diawali dengan memperhatikan faktor kesehatan yang prima diikuti dengan kondisi lingkungan yang kondusif sehingga dapat memperoleh produk hasil ternak berupa daging dan susu sapi berkualitas. Namun "Apakah peningkatan kualitas produk hasil ternak juga diikuti oleh kesejahteraan manusia, hewan, dan lingkungan yang berkontribusi?" Sayangnya, hal ini seringkali tidak berbanding lurus. Sebagian besar negara maju mungkin telah berhasil menerapkannya, namun bagi negara berkembang hal tersebut masih dirasa sulit untuk diterapkan akibat minimnya edukasi dan ekonomi yang umumnya selalu menjadi batu sandungan.

           Didalam dunia ternak, sapi merupakan salah satu hewan ternak golongan ruminansia yang sangat populer untuk dikelola selain unggas. Popularitas yang dimiliki tidak terlepas dari tradisi di suatu negara hingga faktor nutrisi yang dimiliki. Berdasarkan data survey yang dikemukakan oleh FAO (2022), didalam 100 gram daging sapi mengandung 566 kalori dan 22,2 gram protein. Disisi lain, pada susu sapi (8oz/240ml), menyimpan energi sebesar 149 kalori dan 8 gram protein. Dari hasil tersebut dapat terlihat bahwa protein yang terkandung didalam produk hasil ternak sapi tergolong cukup tinggi apabila disandingkan dengan produk hasil ternak populer lainnya seperti unggas maupun produk nabati seperti kacang kedelai yang diolah sebagai plant based milk. 

          Era modernisasi yang berkembang secara global menjadikan para pelaku didalamnya memiliki peningkatan kesadaran akan pentingnya produk hasil ternak yang satu ini. Di Indonesia sendiri sebagai kategori negara berkembang telah diprediksi akan terus mengalami peningkatan konsumsi per kapita terkait daging dan susu sapi sebesar 4.8% dan 24% secara berturut – turut. Meskipun peningkatan yang terjadi tidak sebesar peningkatan di negara Asia lainnya, tetapi hal tersebut menjadikan para peternak sapi harus memiliki kesiapan dalam menambah jumlah populasi sapi yang dikelola.

Tantangan yang akan dan harus dihadapi

         Meningkatkan jumlah populasi sapi pedaging maupun sapi perah untuk dikelola tentunya bukan menjadi suatu hal yang mudah. Pada fase ini, para peternak diharapkan memiliki peran yang lebih untuk meningkatkan standar kelola sapi demi menghindari hal – hal yang tidak diinginkan seperti stress terhadap lingkungan maupun kematian yang disebabkan akibat penyakit menular. Oleh karena itu, metode terkait dengan pakan maupun penciptaan sapi unggulan secara konvensional tidak lagi dirasa efektif dan sebisa mungkin segera diperbaharui melalui metode yang lebih modern untuk menciptakan kondisi peternakan sapi yang berkelanjutan (sustainable).

        Prinsip dari sustainable farming adalah menjalankan sistem peternakan yang tidak hanya berfokus pada produk hasil ternak yang berkualitas melainkan memperhatikan kesejahteraan manusia, hewan, dan lingkungan sehingga memberikan dampak positif bagi semua pihak yang berkontribusi. Namun sayangnya, prinsip seperti ini masih jarang diaplikasikan bagi peternak kecil yang tengah berada di negara berkembang seperti hal nya Indonesia. Oleh karena itu, konsep sustainable farming melalui beberapa pendekatan bioteknologi diharapkan dapat mengedukasi dan membantu para peternak dalam menambah opsi baik terkait prosedur pengelolaan sapi yang mungkin belum pernah diketahui sebelumnya.

Apa itu Sustainable Farming dalam Bidang Bioteknologi?

           Bioteknologi merupakan salah satu disiplin ilmu yang diketahui bergerak diberbagai bidang salah satunya peternakan. Berbekal teknologi dan inovasi yang digunakan, berbagai jenis organisme termasuk sapi memiliki potensi untuk memiliki produktivitas yang tinggi secara stabil. Pada artikel ini, metode pendekatan yang dijelaskan memiliki beberapa variasi mulai dari pendekatan sederhana agar bisa diterapkan oleh masyarakat luas hingga pendekatan modern yang bisa menjadi bekal wawasan bagi masyarakat umum dan peluang bagi para peternak untuk mengaplikasikannya di masa yang akan datang.

            Berdasarkan jenis metode pendekatan yang dilakukan, konsep sustainable farming yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan hasil ternak sapi terbagi atas 3 metode yaitu modifikasi pakan ternak (feed modification), pengembangan genetik (genetic improvement), dan pemanfaatan alat penunjang (equipment application). 

a. Modifikasi Pakan Ternak (feed modification)

           Didalam dunia peternakan, selain kebutuhan akan vaksin, pakan menjadi salah satu faktor penting yang berperan sebagai sumber energi bagi hewan yang dikelola. Pakan ternak yang diasup dalam jumlah yang memadai tentunya dapat menunjang kehidupan hewan agar tetap prima dan produktif. Sebagai hewan ruminansia, rumput adalah opsi utama yang wajib diberikan sebagai pakan sapi. Selain dikarenakan pakan alami, rumput memiliki nutrisi dan kadar air yang cukup dalam memenuhi aktivitas harian sapi. Namun seperti yang diketahui bahwa kualitas rumput cenderung berbeda tergantung kondisi iklim dan dimana rumput tersebut tumbuh. Melihat keterbatasan tersebut, serangkaian metode mulai dianalisa agar nutrisi yang terkandung didalam rumput dapat disama ratakan kondisinya melalui proses suplementasi.

            Kondisi didalam peternakan tentunya tidak luput dari keberadaan populasi lalat yang tidak terkontrol. Selain bersifat menganggu, lalat dapat berperan sebagai vektor dalam penyebaran penyakit menular pada sapi seperti hal nya mastitis. Disisi lain, penggunaan insektisida sebagai penanggulangan juga bukan merupakan tindakan yang tepat dalam mengusung konsep sustainable farming. Oleh karenanya, pengendalian populasi lalat sebagai suplemen pakan ternak sapi menjadi salah satu jalan terbaik dan sederhana tanpa mengurangi pelaksanaan etika terhadap makhluk hidup dilingkungan peternakan.

            Black soldier fly (BSF) merupakan salah satu jenis lalat yang banyak ditemukan dilingkungan peternakan. Berbeda dengan lalat pada umumnya, lalat black soldier memiliki struktur morfologi yang lebih panjang dan besar dengan tingkat keberhasilan penetasan menjadi larva yang tinggi pada masa reproduksi. Berdasarkan kemampuan yang dimiliki, fase hidup dari hewan ini mulai dipelajari hingga ditemukan bahwa larva black soldier menyimpan banyak manfaat dan berpotensi dalam meningkatkan nutrisi pada pakan ternak sapi karena asam amino dan asam lemak esensial yang dimiliki (Abuelo, 2017).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun