Salah satu isu yang senantiasa hadir ketika berbicara industri pertambangan adalah Air Asam Tambang. Industri Pertambangan memang akan selalu berbenturan dengan isu lingkungan. Air asam tambang atau biasa juga dikenal sebagai Acid Mine Drainage (AMD) atau Acid Rock Drainage (ARD) adalah kondisi dimana air di dalam atau sekitar area pertambangan memiliki kadar keasamanan yang sangat tinggi, biasanya diindikasikan dengan nilai PH < 5.
Penampakan Air Asam Tambang
Ada 3 faktor yang menjadi penyebab terbentuknya air asam tambang :
1.Mineral Sulfida
2.Oksigen
3.Air
Air Asam Tambang terbentuk karena terpaparnya batuan yang mengandung mineral sulfida, sehingga berinteraksi dengan Oksigen dan Air.
Apa dampak Air Asam Tambang?
Air Asam Tambang dengan ciri tingkat keasaman yang sangat tinggi (PH<5) adalah pencemaran jangka panjang, dibeberapa kasus Air Asam Tambang bahkan masih ada ratusan tahun setelah Pit Tambang sumber AAT sudah selesai. Kondisi air dengan tingkat keasaman tinggi ini tentu tidak baik baik biota air dan untuk konsumsi masyarakat. Belum lagi karena PH yang rendah, sehingga AAT mudah melarutkan logam.
Metode Pencegahan?
Sebelum melakukan operasi penambangan , sebuah perusahaan tambang wajib melakukan analisis sumber-sumber yang dapat menyebabkan terbentuknya Air Asam Tambang ini, terutama mengidentifikasi mana batuan yang mengandung mineral sulfida mana yang tidak. Dalam industri pertambangan dikenal istilah PAF untuk lapisan batuan yang terindikasi berpotensi membentuk Asam dan NAF untuk lapisan batuan yang dinilai tidak berpotensi menyebabkan asam.
Dalam industri pertambangan khususnya konsentrasi lingkungan tambang, dikenal 2 uji yang berkaitan dengan AAT, yakni : Uji Statik dan Uji Kinetik. Uji Statik adalah Uji yang digunakan untuk mengidentifikasi mana unsur yang berpotensi membangkitkan asam atau menetralkan asam. Beberapa Uji contoh Uji Statik adalah :
1.Paste PH
2.Total Sulfur
3.Acid Neutralizing Capacity (ANC)
4.Net Acid Generating (NAG)
Sementara Uji Kinetik adalah uji yang digunakan untuk mendapatkan gambaran laju reaksi pembentukan asam, contoh uji Kinetik adalah column leach test.
Setelah memahami metode pencegahan, bagaimana langkah selanjutnya sehingga Air Asam Tambang tidak terbentuk. Pada prinsipnya, Air Asam Tambang tidak akan terbentuk selama Sulfida tidak berinteraksi dengan Air atau Oksigen, sehingga cara pencegahan dan penanganannya berpatokan pada prinsip tersebut.
Dalam metode penanganan dikenal 2 istilah :
1.Metode Dry Cover
2.Metode Wet Cover
Keduanya adalah metode untuk melakukan pencegahan, semnetara untuk melakukan penanganan AAT yang sudah terbentuk maka dilakukan proses pengapuran.
Metode Dry cover adalah metode mengisolasi atau menutupi batuan yang dinilai berpotensi membentuk asam dengan lapisan batuan yang dinilai tidak berpotensi membentuk asam atau dengan batuan NAF. Mengacu pada prinsip terbentuknya AAT tadi, fungsi lapisan NAF ini adalah agar tidak terjadi interaksi batuan PAF dengan oksigen ataupun air.
Metode Wet Cover
Sementara itu metode Wet Cover adalah mengisolasi batuan yang berpotensi membentuk asam di dalam perairan, seperti danau, dasar laut atau di dalam kolam. Intinya bagaimana memastikan tidak terjadi interkasi dengan Oksigen.
Batuan yang mengandung mineral Sulfida, pada indutri batubara biasanya terdapat pada lapisan atas batubara (roof), lapisan bawah (floor) atau juga pada pengotor di lapisan batubara itu sendiri, sehingga perlu sekali melakukan uji Statik terhadap tiap-tiap lapisan untuk meng-kategorisasi mana batuan PAF mana NAF.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H