Mohon tunggu...
denny prabawa
denny prabawa Mohon Tunggu... Editor di Balai Pustaka -

penulis, penyunting, penata letak, perancang sampul, pedagang, pensiunan pendaki, dan masih banyak lagi sederet identitas yang bisa dilekatkan kepadanya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mahasiswa Sastra Pekerja Malam

30 September 2015   23:58 Diperbarui: 30 September 2015   23:58 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Yudi sedang presentasi tugas linguistik komparatif di kelas"][/caption]Suara ringtone ponsel mengudara. Tangan pemuda 20 tahun itu berusaha meraihnya. Matanya masih digelayuti kantuk saat membaca nama temannya di layar ponsel. “Om Denny?” Tri Wahyudi, nama lengkap pemuda itu, segera mengangkatnya.

“Halo, Om,” sapanya. Suaranya serak khas orang baru bangun tidur.

“Lu enggak ujian, Yud?” tanya teman kuliahnya itu.

Yudi melirik jam di dinding kamarnya. Pukul Sembilan lewat! Padahal, ujian pertama pukul 8.30. Butuh waktu setengah jam dari rumahnya di Kandang Roda untuk sampai ke Fisib Universitas Pakuan. Itu pun harus memacu motornya yang mulai digerogoti kerentaan karena jarang diservis dengan kecepatan tinggi.

“Gue jalan sekarang, Om!” katanya.

“Buruan, Yud!” ujar temannya itu. Ia memutus sambungan telepon.

Bangun pagi memang jadi persoalan serius sejak Yudi memutuskan bekerja di harian Radar Bogor. Sejak di semester tiga, Yudi bekerja di koran lokal itu sebagai penata letak. Pekerjaannya mengharuskan ia pulang hingga larut malam. Ia baru bisa menata letak setelah bagian penyuntingan menyerahkan materi berita yang akan ia layout.

“Setiap hari saya pulang pukul satu malam,” akunya. Hal itulah yang menyebabkannya sulit bangun pagi. Akibatnya, ia sering tidak mengikuti kuliah pagi. Oleh sebab itu, ia hanya mengambil 14 SKS untuk semester 5 ini.

Awalnya, ia hanya ingin mengisi waktu liburan saja. Temannya yang bekerja sebagai wartawan di Radar Bogor menawarinya pekerjaan sebagai penata letak. Pendidikannya di Sekolah Kejuruan Multimedia memungkinkannya untuk menerima tawaran itu. Setelah melewati proses seleksi dan masa percobaan, Yudi resmi menjadi penata letak di harian lokal yang merupakan grup Jawa Pos itu.

“Saya memutuskan bekerja pada malam hari karena saya menganggap waktu itu  tidak menganggu kuliah,” katanya.

Rupanya, pekerjaannya itu cukup menganggu waktu kuliahnya. Bukan hanya waktu kuliah, melainkan waktu untuk kekasihnya pun menjadi berkurang. Gara-gara hal itu, ia sempat putus dengan kekasihnya yang mantan teman sekolahnya. Namun, tidak berapa lama kemudian, mereka balikan lagi. Kekasihnya cukup memahami pekerjaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun