Mohon tunggu...
denny prabawa
denny prabawa Mohon Tunggu... Editor di Balai Pustaka -

penulis, penyunting, penata letak, perancang sampul, pedagang, pensiunan pendaki, dan masih banyak lagi sederet identitas yang bisa dilekatkan kepadanya.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Brot

20 Oktober 2015   21:29 Diperbarui: 20 Oktober 2015   21:29 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="ilustrasi (izismile.com)"][/caption]“Brot!” suara dari balik pintu kamar mandi. Sudah setengah jam, suaminya mendekam di sana. Setiap pagi, suaminya tidak akan berangkat kerja sebelum berak. Kalau sudah di kamar mandi, dia akan menumpahkan seluruh isi perutnya ke dalam kakus. Katanya, tahi itu kotoran, buat apa disimpan-simpan? Hanya saja, suaminya sering kelewatan. Mau pergi ke pasar dia berak dulu, mau pergi kondangan berak dulu, bahkan mau beli kerupuk di warung pun berak dulu.

Suatu hari, suaminya melihat anaknya asyik sendiri di depan laptop. “Ini namanya facebook, Yah,” kata anaknya sambil menunjukkan laman facebook, lalu menunjukkan laman twitter. “Kalau ini, namanya twitter.” Suaminya minta diajari mainan facebook dan twitter kepada anaknya. Anaknya membuatkan akun untuknya. Sejak itu, suaminya seperti lupa dengan kebiasaannya berak.

Setelah sebulan absen nongkrong di atas kakus, perutnya mulai sakit. Suaminya langsung pergi ke kamar mandi sambil bawa ponsel milik istrinya. Sambil ngeden, dia update status di linimasa media sosialnya. Sudah 1 jam suaminya di kamar mandi, sudah 20 status ditulisnya di facebook dan 30 status di twitter. Namun, belum satu pun tahi pun jatuh ke dalam kakus. Perut suaminya makin sakit.

Suaminya minta dikeroki. Barangkali, angin duduk masuk ke dalam tubuhku, katanya. Dia suka facebook-an atau twitter-an sambil tiduran di lantai. Namun, sampai punggungnya merah tua karena dikerok, perutnya masih sakit juga. Akhirnya, suaminya dibawa ke rumah sakit terdekat. Sementara dokter memeriksa, suaminya asyik facebook-an atau twitteran dengan ponsel istrinya. Dokter memberi obat pencahar. Tunggu saja, hari ini pasti keluar.

Sudah 3 hari suaminya dirawat di rumah sakit, sudah 6 kali suaminya menelan obat pencahar, tapi dia belum bisa berak juga. Istrinya kesal melihat suaminya merengek sakit perut sambil asyik mainan facebook. Akhirnya, istrinya merampas ponsel dari tangan suaminya. Suaminya mengejar istrinya dan merebut kembali ponselnya. Saat jaraknya hanya tinggal dua langkah dari istrinya, tiba-tiba suaminya merasa kebelet. Dia ngibrit ke kamar mandi dalam ruang rawat. Beberapa saat kemudian, terdengar suara dari balik pintu kamar mandi, “BROT!”

Bunga, 12/3/2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun