Mohon tunggu...
Denny Yan Fauzi Nasution
Denny Yan Fauzi Nasution Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar

Yang selalu berusaha bisa bersyukur atas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Buku Going Offline: Undangan untuk Melakukan Perjalanan ke Dalam Diri

31 Januari 2025   16:38 Diperbarui: 31 Januari 2025   23:07 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul Buku Going Offline (Sumber: Gramedia.com)

Judul Buku       : Going Offline: Menemukan Jati Diri di Dunia Penuh Distraksi

Penulis             : Desi Anwar    

Penerbit            : PT Gramedia Pustaka Utama

Cetakan            : Ketiga, Februari 2022

Tebal                : 260 Halaman

ISBN                : 978-602-06-3707-5

Sesekali, ketika hidup semakin menuntut untuk bergegas, tenanglah. Tak apa. Tenang bukan diam. Tenang bisa jadi pijakan kuat untuk sebuah langkah yang mantap. Sesekali, ketika setiap orang ingin didengarkan, ingin diperhatikan, jadilah yang mendengar, jadilah yang memberi perhatian. Dengan begitu, diri memeroleh keseimbangan. Sesekali, ketika pikiran diganggu terus-menerus oleh cerita-cerita yang sesungguhnya tak ingin kau dengarkan, keluarlah. Pandangilah langit di atas dan tanah yang kau jejaki. Barangkali langit di ketinggian menunjuki batas yang seringkali ingin dilampaui, dan tanah di bawah kakimu barangkali membukakan kesadaran tentang bumi yang dipijak. Lebih dari itu, sesekali kita perlu terhubung kembali dan berinteraksi dengan dunia fisik, dengan mata, telinga, sentuhan, perasaan, imajinasi, dan semua indra kita setelah terus-menerus kita mengizinkan gawai dan segala kegaduhan dunia online di dalamnya mengambil begitu banyak waktu dan perhatian kita. "Going Offline", begitu kata Desi Anwar. Buku ini mengundang siapa pun yang ingin melakukan perjalanan menemukan dunia di luar, dan bahkan dunia di dalam, menuju ke jantung kehidupan nyata itu sendiri dan tempat jati diri kita berada.

Saya membaca buku ini beberapa kali dan masih saja tetap perlu diingatkan betapa banyak hal yang bermakna dalam hidup seringkali teralihkan oleh bebunyian, getaran, dan semesta virtual yang ramai di ponsel saya. "Ini sungguh mengenaskan," tegur Desi, "mengingat begitu banyak yang kita miliki sebagai manusia yang hidup di alam fisik dan nyata, yang menjadikan hidup terasa membahagiakan dan memuaskan." (hlm. 3).

Buku ini menyajikan renungan-renungan dan suasana kebatinan penulisnya memaknai kehidupan online dan keberjarakan manusia dari dunia fisik dan nyata. Betapa pun sebagian renungan ini sangat personal, ujung-ujungnya Desi Anwar mengajak untuk menghadirkan kembali sisi-sisi alamiah kita, "menemukan dan mengapresiasi siapa diri kita dan apa yang menjadikan kita manusia." Ada 39 catatan perenungan Desi Anwar dalam dua bagian buku ini. Bagian pertama berisi sebelas catatan tentang "Mengapresiasi Hidup dan Kehidupan". Penulis mengajak  memaksimalkan potensi panca indra dengan mendengar, menyimak, dan memberi perhatian pada berbagai hal atau pada orang-orang di sekitar kita, menghargai potensi pikiran kita dengan seni, puisi, atau sekadar membaca buku fiksi, juga menghargai tubuh kita dengan melakukan aktivitas fisik keseharian seperti berjalan kaki. Bagian kedua, "Seni Kehidupan" berisi renungan-renungan yang mengingatkan kita tentang bagaimana mengelola waktu, menjadi diri sendiri, mendengarkan tubuh, berlatih komitmen dan disiplin, pentingnya terus belajar dan memaksimalkan potensi kita.

Desi Anwar mengawali setiap tulisan dengan kutipan-kutipan bijak yang menautkan narasi-narasi perenungannya. Sebagai kumpulan tulisan, pembaca bisa memilih bagian-bagian renungan yang ingin dibaca lebih dulu tanpa harus kehilangan fokus secara keseluruhan, karena membaca renungan-renungan Desi Anwar ini seperti mendapatkan oase kecil yang memulihkan rasa penat dan jenuh dari kehidupan online. Saya suka membaca bagian tentang "Jalan Kaki Sebagai Terapi." Jalan kaki adalah cara paling murah dan mudah untuk membiasakan diri olahraga rutin setiap hari. Tidak pula harus karena alasan kesehatan. Lebih dari itu, "berjalan kaki menjadi terapi yang manjur, yang membantu kita mengatur arah di dunia yang kompleks ini dengan cara yang paling sederhana." (hlm. 35-40).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun