Mohon tunggu...
Denny Lesmana
Denny Lesmana Mohon Tunggu... -

Denny Lesmana adalah penggemar bulutangkis, saat ini sedang menetap di Canberra

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Dunia Belum Berakhir: Menunggu Kiprah Pemain Swasta

4 Januari 2014   09:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:10 1053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Dunia belum berakhir….. bila kau putuskan aku….”

Lirik lagu yang dibawakan dan dipopulerkan oleh group band Shaden pada awal tahun 2000-an tersebut pernah populer di Indonesia, terutama di kalangan ABG. Potongan lirik lagu tersebut cocok didendangkan dan dijadikan pemicu semangat para pebulutangkis Indonesia yang tidak lagi tergabung dalam pelatnas PBSI di tahun 2014 ini.

Tanggal 30 Desember 2013, PBSI telah mengumumkan skuad pelatnas untuk menyongsong 2014. Tercatat sejumlah pemain tidak bergabung lagi di Pelatnas. Mereka yang keluar dari Pelatnas ada yang karena di-degradasi dan ada yang mengundurkan diri karena ingin menjadi pemain profesional. Pemain yang tidak lagi di Pelatnas termasuk nama-nama yang tidak asing lagi bagi para penggemar bulutangkis, seperti Adrianti Firdasari, Fran Kurniawan, Bona Septano, Muhammad Rijal, Meiliana Jauhari, dan Shendi Puspa Irawati,

Selain para pemain kawakan tersebut yang keluar dari Pelatnas, termasuk juga pemain muda Shesar Hiren Rhustavito yang sempat tampil menjanjikan di nomor tunggal putra dan bahkan menjadi kampiun di Pekan Olahraga Nasional XVIII di Riau tahun 2012 dengan mengalahkan Tommy Sugiarto dan Dionysius Hayom Rumbaka yang merupakan pemain-pemian terbaik Indonesia. Pemuda yang biasa dipanggil Vito itu juga bahkan pernah mengalahkan juara tunggal putra Sea Games yang baru saja berlalu, Tanongsak Saensomboonsuk. Sayangnya cedera membuat Vito harus menepi dari turnamen. Selain Vito, salah satu pemain muda potensial yang juga keluar dari Pelatnas adalah Muhammad Ulinnuha. Pemuda berusia 22 tahun tersebut pada saat masih yunior, berpasangan dengan Berry Angriawan, memberikan harapan yang tinggi bagi bulutangkis Indonesia dengan menjuarai beberapa turnamen junior. Di nomor ganda campuran, berpasangan den Jenna Gozali, prestasi Ulin juga lumayan.

Keluar dari pelatnas yang merupakan kawah candra dimuka PBSI bukan berarti dunia sudah berakhir. Meskipun tidak lagi di Pelatnas, para pemain bisa terus berkiprah di ajang internasional dengan menjadi pemain “swasta” alias pemain profesional alias pemain independen. Maestro bulutangkis Indonesia, Taufik Hidayat juga menjadi pemain swasta di penghujung karirnya. Pasangan ganda putra terbaik Indonesia, Markis Kido/Hendra Setiawan juga sempat menjadi pemain profesional. Hendra Setiawan akhirnya kembali ke Pelatnas berpasangan dengan Mohammad Ahsan dan meraih gelar juara dunia, sedangkan Markis Kido tetap menjadi pemain profesional dengan beberapa kali berganti pasangan. Pasangan Markis Kido saat ini adalah Markus Gideon Fernaldi dan prestasi mereka tidak bisa dipandang sebelah mata.

Menjadi pemain profesional berarti menjadi pemain independen. Dengan demikian maka pemain akan bebas menentukan pilihannya. Ada untung ruginya menjadi pemain swasta. Penulis hanya akan  membahas keuntungannya yaitu :

Pertama, bebas menentukan pelatih sendiri. Tidak seperti pemain pelatnas dimana pelatih menentukan pemain yang akan dilatih, maka pemain profesional bisa menentukan pelatih yang ingin dipakainya. Peran pelatih sangat penting bagi pemain, contohnya adalah Taufik Hidayat yang terus mempertahankan Mulyo Handoyo menjadi pelatihnya. Dengan pelatih yang bisa memahami karakter pemain, maka perkembangan pemain akan menjadi lebih maksimal.

Kedua, bisa menentukan sponsor sendiri. Hal ini tergantung dari kapasitas pemain. Semakin baik permainannya tentu akan semakin mudah mendapatkan sponsor dengan nilai yang semakin besar.

Ketiga, bebas menentukan pilihan turnamen yang akan diikuti berdasarkan ranking yang dimiliki. Dalam beberapa kasus, pemain bulutangkis Indonesia justru lebih banyak bertanding setelah menjadi pemain independen. Pemain bisa memilih rangkaian turnamen yang ingin diikuti sehingga sekali meninggalkan Indonesia, mereka akan berkeliling ke rangkaian turnamen yang berdekatan. Dengan banyaknya pertandingan yang diikuti, maka pengalaman bertanding mereka akan meningkat dan peringkat mereka juga akan naik seiring dengan pencapaian pemain di turnamen-turnamen yang diikuti.

Keempat, bebas menentukan nomor yang diikuti. Trend yang ada saat ini adalah bahwa pemain-pemain independen di nomor ganda biasanya bermain rangkap, yaitu di nomor ganda putra atau ganda putri dan ganda campuran. Tampaknya para pemain ingin memaksimalkan waktu, keahlian dan tenaga mereka di setiap turnamen yang diikuti. Prestasi para pemain independen Indonesia yang bermain rangkap sepanjang tahun 2013 juga tidak main-main. Pia Zebadiah Bernadeth berada di peringkat 10 besar dunia baik di nomor ganda putri dan ganda campuran, sedangkan Vita Marissa berada di peringkat 7 ganda campuran dan peringkat 11 ganda putri.

Jadi  jangan terkejut kalau nanti Adrianti Firdasari misalnya bermain rangkap di nomor tunggal putri dan ganda putri atau ganda campuran. Tapi jangan harapkan Firda main di nomor tunggal putra ya…..

Pemain-pemain independen spesialis ganda seperti Fran Kurniawan, Bona Septano, Muhammad Ulinnuha, Yohannes Rendy Sugiarto, Shendy Puspa Irawati, Meiliana Jauhari, dan yang lainnya tentu berpeluang bermain rangkap bila mereka tetap mengikuti turnamen di tahun 2014.

Kelima, bebas menentukan lama menetap di satu negara setelah turnamen. Pemain Pelatnas tentu harus segera pulang usai mengikuti kejuaraan untuk kembali berlatih di pelatnas guna menghadapi turnamen selanjutnya. Untuk pemain independen, mereka bebas untuk jalan-jalan, belanja, ataupun tinggal lebih lama setelah turnamen, selama visa mereka memungkinkan.

Sepanjang tahun 2013, capaian pemain-pemain independen Indonesia cukup baik. Di nomor tunggal putra, pemain independen yang paling bersinar adalah Alamsyah Yunus yang merajai Sirkuit Nasional (Sirnas) Bulutangkis 2013 dengan meraih delapan gelar di Sirnas Balikpapan, Lampung, Jakarta, Manado, Bali, Semarang, Yogyakarta dan Surabaya. Di Sirnas, Alamsyah Yunus hanya pernah mengalami kekalahan satu kali, yaitu di Sirnas Medan saat dikalahkan Hermansyah di perempat final. Adapun di Sirnas Bandung, Alamsyah absen karena mengikuti kejuaraan internasional. Di turnamen internasional, prestasi Alamsyah Yunus sepanjang tahun 2013 adalah semifinalis Vietnam Open, semifinalis Yonex Australia Open Grand Prix Gold, Juara Malaysia Open Grand Prix Gold, dan Runner - Up Prim-A Indonesia Internasional Challenge. Di tahun 2013, Alamsyah juga berhasil mengalahkan pemain top dunia Kenichi Tago asal Jepang. Dengan capaiannya tersebut, di akhir tahun 2013 Alam menempati peringkat 40 dunia.

Pemain tunggal profesional lainnya adalah Andre Kurniawan Tedjono yang lebih banyak bermain di Eropa. Prestasi Andre di tahun 2013 antara lain menjadi finalis Italian Open, semifinalis Scottish Open Grand Prix, dan juara Yonex Belgian International. Di akhir tahun, Andre menempati peringkat 62 dunia.

Di nomor tunggal putri, pemain swasta Indonesia yang aktif secara reguler mengikuti kejuaraan internasional hanyalah Febby Angguni. Prestasi Febby sepanjang tahun 2013 antara lain adalah juara Tata Open India International Challenge, juara Yonex Belgian International, juara Babolat Kharkov International dan finalis Iran Fajr International Challenge. Di akhir tahun 2013, peringkat dunia Febby adalah di urutan 40.

Pasangan Markis Kido/Markus Gideon Fernaldi menjadi pasangan independen yang cukup diperhitungkan. Awal tahun 2013, Markis Kido berpasangan dengan pemain senior Alvent Yulianto Chandra. Sebenarnya prestasi Kido/Alvent cukup lumayan, antara lain dengan mengalahkan pasangan-pasangan top dunia seperti Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, Biao Chai/We Hong dan Kim Ki Jung/Kim Sa Rang serta Koo Kien Keat/Tan Boon Heong. Pasangan senior ini akhirnya berpisah. Alvent Yulianto Chandra yang bermain di Jepang saat ini berpasangan dengan Shintaro Ikeda, sedangkan Markis Kido berpasangan dengan pemain yang lebih muda, Markus Gideon Fernaldi.

Pasangan Markus/Markis (disingkat biar mirip) perlahan tapi pasti mulai mampu bersaing dengan pemain-pemain top dunia. Pasangan ini di tahun 2013 berhasil menjadi semifinalis Yonex Sunrise Indonesia Open dan menjadi juara di Yonex French Open. Mereka juga mampu mengalahkan pemain-pemain top dunia seperti Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa, Koo Sung Hyun/Shin Baek Choel, dan Koo Kien Keat/Tan Boon Heong. Peringkat dunia pasangan ini di akhir tahun 2013 di urutan 24.

Pasangan ganda putra independen lainnya adalah pasangan pemain senior, Yonathan Suryatama Dasuki/Hendra Aprida Gunawan. Meskipun kerap terhenti di babak awal, dan pencapaian terbesar adalah babak 16 besar, tapi karena mereka rajin ikut dalam berbagai turnamen, mereka mampu menjaga ranking mereka di peringkat 42 dunia.

Ganda putra independen Indonesia lain yang cukup meninggalkan jejak di jagad perbulutangkisan dunia adalah Christopher Rusdianto/Tri Kusuma Wardhana. Lebih banyak bermain di turnamen kecil di Eropa, sepanjang tahun 2013 mereka berhasil menjadi semifinalis Italian International, semifinalis Swiss International, finalis Polish International, semifinalis Yonex Dutch International dan menjadi juara di Victor Croatian International. Capaian-capaian tersebut mengantar pasangan ini ke peringkat 45 dunia di akhir tahun 2013.

Sektor ganda putri dan ganda campuran mencatat penampilan paling gemilang bagi para pemain swasta Indonesia. Di nomor ganda putri, dua pasangan pemain independen, yaitu Pia Zebadiah Bernadeth/Rizki Amelia Pradipta dan Variella Aprilsasi Putri Lejarsari/Vita Marissa masing-masing menempati posisi 6 dan 11 bulutangkis dunia di akhir tahun 2013. Peringkat mereka berada di atas pasangan terbaik Indonesia, Nita Krishinda Maheswari/Greysia Polii di peringkat 12.

Di nomor ganda campuran, dua pasang pemain independen masuk peringkat 10 besar dunia, yaitu Praveen Jordan/Vita Marissa di peringkat 7 dan Markis Kido/Pia Zebadiah Bernadeth di peringkat 9. Peringkat mereka berada di bawah pemain terbaik Indonesia Tantowi Ahmad/ Liliyana Natsir di peringkat 2.

Pemain-pemain profesional Indonesia yang paling sukses di tahun 2013 adalah Vita Marissa  dan kakak beradik Markis Kido dan Pia Zebadiah. Nama pertama bahkan berhasil mematangkan Praveen Jordan di level internasional yang membuat PBSI menarik Praveen ke Pelatnas.

Untuk tahun 2014, pemain-pemain independen Indonesia tentunya akan bertambah. Penulis mengharapkan agar pemain-pemain eks pelatnas tetap berkiprah di kancah bulutangkis internasional. Di samping pemain-pemain yang sudah eksis di tahun 2013, pemain-pemain independen baru seperti Firda, Meiliana Jauhari, Bona Septano dan kawan-kawan akan menambah ramainya pebulutangkis profesional Indonesia.

Di nomor ganda campuran, Muhammad Rijal yang akan kembali berpasangan dengan Vita Marissa akan menjadi penantang kuat para pemain yang sudah mapan. Walaupun usia kedua pasangan tersebut sudah tidak muda lagi, tetapi dengan pengalaman dan jam terbang serta kelas permainan yang baik akan membuat pasangan ini diperhitungkan oleh calon-calon lawannya. Pasangan Muhammad Rijal/Vita Marissa sempat berpasangan pada tahun 2008 dan menjadi juara Japan Super Series pada tahun tersebut.

Pemain lain yang akan menjadi kuda hitam adalah pasangan Fran Kurniawan/Bona Septano apabila keduanya akan terus bersama, mengingat mereka berasal dari klub yang berbeda. Kedua pemain senior tersebut baru dipasangkan di pertengahan tahun 2013 dan mencapai hasil yang lumayan, yaitu semifinalis Yonex Chinese Taipei Open dan juara Yonex Sunrise Vietnam Open. Pasangan ini juga mampu mengalahkan Koo Sung Hyun/Lee Yon Dae yang saat itu tengah menjadi pasangan nomor satu dunia. Untuk tahun 2014, pasangan ini sudah terdaftar dalam peserta Malaysia Super Series Premier di pertengahan bulan Januari dan akan berjuang dari babak kualifikasi.

Shendi, Meliana, Ulin dengan pasangan barunya, Evert Sukamta, Vito apabila telah sembuh, Panji Akbar, dan yang lain, semoga tahun 2014 tetap menjadi tahun perjuangan di lapangan bulutangkis.

Semoga para pemain bulutangkis Indonesia bisa tampil lebih baik di tahun 2014.

Selamat berjuang untuk pemain pelatnas dan pemain swasta!!!!

“Dunia belum berakhir….. bila kau putuskan aku….”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun