Ini kegiatan yang membuat lega karena menulis sastra kini menjadi paradoks. Riset menunjukkan bahwa pembaca sastra cenderung memiliki solidaritas sosial lebih tinggi, namun minat membaca sastra menurun.
Menurut National Endowment for the Arts (2015), hanya 43% orang dewasa di AS membaca sastra, turun dari 56% pada 1982.
Sedangkan menurut data LSI Denny JA di tahun 2024, penduduk Indonesia yang membaca sastra minimal 1 buku tahun lalu, hanya 16 persen.
-000-
Mengapa Sastra, Mengapa Puisi Esai?
Sastra telah menjadi nafas sejarah, memperkaya budaya dan menjadi saksi zaman. Bagi generasi milenial dan Gen Z, sastra bukan hanya sekadar ekspresi pribadi, tetapi cara untuk mengukir identitas dan memahami dunia.
Dalam konteks ini, ada tiga alasan kuat mengapa penting mengajak mereka untuk menulis sastra, khususnya puisi esai, yang menjadi ruang kreatif antara puisi dan prosa, menyuarakan isu-isu sosial dengan estetika dan kontemplasi.
Pertama: Menumbuhkan Kepekaan Sosial
Milenial dan Gen Z adalah generasi yang hidup di era kompleks dengan isu-isu global yang semakin nyata.
Masalah hak asasi manusia, ketidakadilan, perubahan iklim, ketimpangan sosial, dan krisis kesehatan mental adalah isu-isu yang dekat dengan mereka.
Namun, informasi yang terlalu banyak sering kali membuat mereka tumpul, kehilangan kepekaan terhadap permasalahan di sekitarnya.