Pagi tadi saya berangkat kerja, dilepas oleh istri tercinta dengan satu doa "hati-hati di jalan Pa". Dengan mengucapkan salam, gas mobil kutekan pelan, roda-rodanya berputar, ditemani pangajian agama Islam dari sebuah radio swasta saya menyetir dengan pelan.
Sebuah belokan dengan menyeberang jalan, saya sudah mempersiapkan uang recehan untuk pemandu jalan mandiri, kemudian saya berbelok dan menyerahkan recehan pada pemandu jalan, tidak lupa satu ucapan "terimakasih" meluncur dari bibir yang sedikit gelap. Saya melajukan mobil pelan karena masih pagi, tidak ingin buru-buru sampai di tempat kerja.
Sebuah sepeda motor warna hijau berjalan agak ke tengah, saya menekan klakson dengan harapan pengendaranya bisa sedikit minggir ke kiri, yang diharapkan tidak kunjung dapat, mungkin pengendaranya tidak mendengar klason karena asyik ngobrol dengan temannya yang dibonceng.Â
Dari lawan arah sepi, sedikit agak ke kanan saya menyalipnya, hampir tuntas menyalipnya, tiba-tiba "glutuuk", sebuah bunyi dari arah belakang mobil, ternyata dia nyerempet sisi kiri mobil, saya berhenti ingin melihat bekasnya. Tiba-tiba pemboncengnya langsung nge-gas pool. "Bapak yang nabrak ! emang gak bisa bawa!" Saya kaget dan langsung menyahut dengan mata membesar, tanpa diduga si pengendara langsung memacu motornya dan masuk gang sempit. Saya hanya mengurut dada.
Â
-kejadianpagi-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H