Mohon tunggu...
De Be Roha
De Be Roha Mohon Tunggu... Guru - Penulis adalah guru di SMA Negeri DKI Jakarta

Nama Lengkap : Deni Boy Pekerjaan : Pengajar SMAN 87 Jakarta Tinggal di Sawangan Depok Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dua Sejoli

23 Maret 2023   17:05 Diperbarui: 23 Maret 2023   17:09 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Singkat kisah dari Keluarga Janda ini, seiring berjalannya waktu. Kini sudah dua belas tahun berlalu. Endah sudah bekerja di Perusahaan Jepang, Yoyoh kini menjadi Komandan di Satuan Pengaman Perkantoran Asing, Titin kini sudah mulai dewasa, kuliah sudah selesai di Apoteker. Slamet sudah tidak menarik becak, kini ia menjadi penjaga warung bersama Esih istri tercinta. Di Rumah mereka hanya bertiga, Slamet, Esih dan Titin. Endah sudah di boyong suaminya ke Jepang, Yoyohpun sudah menikah dengan Kuntoro, Owner salah satu market place. Kini Titin sedang dilamar pula.

"Bagaimana Tin? Sudah kamu pikIr-pikir dengan matang?" Tanya Esih ketika Titin pulang kerja. "Udah bu, orangnya baik dari keluarga baik-baik. Dia juga sudah bekerja bu menjadi PNS." Titin mantap menjelaskan. Slamet sedari tadi menyimak saja di belakang.

"Tin, dia orang mana?" Tanya Esih masih penasaran, karena Titin tidak pernah mengenalkan dengan keluarganya. "Pekalongan bu." Jawab Titin. "Sekarang kamu ngomongin sama bapakmu, tuh dia di belakang." Esih menyuruh Titin agar menyampaikan maksudnya kepada Slamet, bapaknya. Slamet mendengar perintah Esih, lalu ia pura-pura mencari kesibukan agar tidak ketahuan nguping pembicaraan. Titin berjalan menghampiri bapaknya, lalu ikut memperbaiki posisi kursi yang sedikit kurang rapi. Slamet memendam kesedihan, ia tidak mau menampakkan rona sedih yang mendalam.

"Pak... pak... bapak dari tadi aku datang, bapak cuek aja. Aku mau ngomong niih." Rajuk Titin manja sambal memegang lengan bapaknya. "Oh iya nak, ada apa?" Slamet membalikkan badan. Kini matanya bersirobok pandang dengan bening bola mata Titin, anak kesayangannya. 

"Pak, umurku sudah lanjut, ada seseorang laki-laki baik ingin melamarku, bagaimana pak?" Titin tidak ada berbasa basi untuk menyampaikan. "Oh udah dewasa anak bapak ini ya, berarti bapak sudah tua sekali ya?" Ujar Slamet mengelak pembicaraan. "Ih si bapak, lain yang aku bilang, lain pula yang di komen." Rajuk Titin sekali lagi. "Titin, anak bapak. Kamu anak bapak yang bontot. Dua kakakmu sudah berkeluarga, kini kamu mengajukan diri pula untuk berkeluarga. Apakah kamu sudah siap?" Slamet memelas menyampaikan. 

"Insha Allah sudah siap pak." Mantap jawab Titin. "Kalau begitu, minggu depan suruh keluarganya datang ke sini, bapak mau bicara." Tegas suara Slamet walau sedikit bergetar. "Alhamdulillah. Terimakasih pak, bapak emang orang tua Titin yang sangat Titin banggakan." Titin mencium pipi Slamet. Slamet kembali merenung, ditemani Esih istrinya, sementara Titin sudah beranjak ke kamarnya. "Bu... kalau Titin sudah diboyong suaminya, nanti tinggal kita berdua saja menghuni rumah ini ya? Kita sudah tua, apa-apa harus kita yang mengerjakannya. Kamu tetap sehat ya bu." Ujar Slamet memegang tangan Esih. 

"Nggih pak. Bapak juga hrus selalu sehat ya, kita jalani sisa hidup ini berdua saja." Esih mencium punggung tangan Slamet. "Hei... kamu bisa Bahasa Jawa to bu?" Slamet kaget saat Esih ngomong 'Nggih'. "Emang urang Sunda tidak boleh Bahasa Jawa pak?" Esih mencubit lengan Slamet dan kemudian berlari ke dapur. Slamet ikut mengejar dari belakang. Persis seperti filem Romeo dan Juliet jaman now.

Sumber: kids.grid.id
Sumber: kids.grid.id

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun