Ini masa-masa jauh sebelum pandemic merebak di negeri ini. Berawal dari lemparan seulas senyum dan berbalas senyum pula, kemudian saling menyapa dan saling mengenal. Walau jarak usia terpaut enam tahun lebih, tidak membuat dua sejoli ini merasa terganggu. Entah siapa yang menyatakan cinta lebih dahulu, yang jelas kini mereka sudah jalan bersama, secara sembunyi-sembunyi, khawatir di ketahui teman-temannya.
Era, gadis manis yang akan menamatkan sekolah menengah. Seringkali menghabiskan waktu bercurhat dengan kekasih barunya. Era merasa nyaman bersamanya. Bahunya sering dijadikan Era tempat merebahkan kepala. Sepulang sekolah, akhir-akhir ini Era sering jalan bersamanya lebih dahulu, baru kemudian diantar pulang kalau sudah sore. Kadangkala mereka makan sate di luar kota, ada juga hanya sekedar melihat orang mencari ikan di danau, yang penting mereka selalu berdua. Kemesraan itu mereka reguk pabila sekolah sudah bubaran.Â
Kemesraan demi kemesraan selalu mereka raih, dan Era pulang dengan sejuta mimpi. Mimpi Era hanya satu, ingin bisa hidup berdampingan dengannya. Satu persatu teman-temannya mulai mengetahui hubungan mereka, banyak yang menentang dan tidak sedikit yang mendukung. Era tidak ingin pasangannya yang ganteng dan digandrungi gadis remaja disambar sahabatnya, banyak yang mengincarnya. Berulang-kali Era meminta agar kekasihnya melamar dirinya. Era bersungut manja saat dia sudah lulus sekolah menengah dan minta dilamar. Lelaki bujang mapan dan ganteng pujaan hati Era mengangguk setuju, dan berjanji besok menemui mamanya. "Untuk saat ini, Era blom saya izinkan menikah, kalau anda mau, nikahi kakaknya, si Ezi". Jawab mama Era saat kekasihnya melamar. Era terpukul, Ezi mengamini.
 Â
Â
Â
-salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H