Mohon tunggu...
Denny Bachrul
Denny Bachrul Mohon Tunggu... -

Tanaman penghijauan, eucaliptus deglupta

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Elly Soepono; Mengolah Sampah Dimulai dari Rumah

22 Maret 2014   15:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:37 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pengelolaan sampah sebaiknya dimulai dari rumah. Setiap anggota masyarakat perlu memiliki kepedulian dalam mengelola sampah rumah tangganya. Selain itu perlu dikembangkan tradisi membuang sampah secara benar. Masyarakat kita terbiasa membuang sampah setiap hari. Menumpuk di bak sampah yang memang dibuat di sudut pagar rumah.  Dengan membuang sampah setiap hari, akan  menimbulkan terjadinya polusi, gangguan kebersihan dan kerawanan keamanan. Membuang sampah setiap hari di tong sampah  mengundang kucing liar dan tikus yang mengorek-ngorek sampah. Selain itu juga mengundang pemulung yang datang saat pagi buta. Hal ini dapat menimbulkan kerawanan keamanan.

“Kita perlu meniru negara-negara maju dalam cara mengelola sampah rumah tangga. Dan membuangnya pada waktu-waktu tertentu, yaitu pada hari membuang sampah,” tutur Elly Soepono, pemerhati masalah sampah dan lingkungan hidup yang juga Presiden Direktur PT Sucaco Tbk.

Tradisi masyarakat jepang dalam mengelola sampah rumah tangga sangat baik jika diimplementasikan di Indonesia. Masyarakat Jepang memiliki  tradisi membuang sampah yang sangat teratur.  Sampah dipisah-pisahkan dalam wadah plastik menurut jenis, bentuk dan ukuran.  Masing-masing jenis sampah dibuang pada hari-hari tertentu. Misal, setiap hari senin, dikhususkan untuk membuang sampah kering yang dapat terbakar, seperti kertas. Pada hari itu, masyarakat tidak akan membuang sampah-sampah basah. Tradisi masyarakat jepang dalam cara membuang sampah sudah berlangsung sejak jaman dulu.

Di lingkungan tempat tinggalnya, Elly Soepono berusaha mengimplementasikan cara-cara masyarakat Jepang.  Ia membongkar bak sampah  yang menyebabkan polusi dan mulai memisahkan sampah menurut jenisnya, organik dan anorganik.  Menyerahkan kantung sampah saat petugas kebersihan datang. Memang tidak sama persis seperti yang dilakukan masyarakat Jepang, tetapi jika cara-cara sederhana tersebut diikuti oleh seluruh anggota masyarakat, lingkungan akan terbebas dari polusi sampah.

Pendidikan kebersihan untuk anak.

Kesadaran mengolah sampah harus dimulai dari anak-anak. Setiap keluarga berkewajiban mendidik anaknya mengenai masalah kebersihan. Anak-anak harus belajar bagaimana membuang sampah secara benar. Anak-anak harus dapat memisahkan sampah basah dan sampah kering. Tetapi kenyataanya, anak-anak kurang mendapat pengajaran, bahkan mereka membuang sampah sembarangan di jalanan.

“Saya rasanya sedih, itu sebabnya saya sering mengundang anak-anak ke Supreme Agro, dan mengajari mereka tentang kebersihan lingkungan dan mengolah sampah,” ungkap Elly.

Sudah ribuan anak yang datang ke Supreme Agro yang didirikannya. Anak-anak mendapatkan pengajaran karakter, lingkungan hidup, daur ulang sampah (membuat kompos)  dan bercocok tanam.

Sejak kecil, anak-anak bangsa ini memang harus dikenalkan kepada lingkungan, kebersihan, agar dimasa depan mereka menjadi insan pecinta lingkungan dan pelestari kehidupan..

(Amron T)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun