Mohon tunggu...
dennis herell
dennis herell Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Menyikapi Debat Pilkada DKI

14 Februari 2017   17:21 Diperbarui: 14 Februari 2017   17:50 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://news.detik.com/

Saya tidak tahu, tapi saya kira debat berfungsi untuk menjelaskan program-program, bukan untuk mengejek.

Namun mengapa proses debat cagub DKI Jakarta terus "memanas," dipenuhi sindiran, dari calon pemimpin kita sendiri

Dan kita masih  berbicara tentang “persatuan?”

Tidak usah muluk-muluk, terlihat di debat cagub DKI Jakarta bagaimana paslo saling “menyerang.” Sindiran tentang peringkat-peringkat lah, tentang kompetensi lawan lah, sindiran yang tidak berhubungan dengan program itu sendiri.

Logikanya memang ada. Intinya supaya menang di pemilihan, maka dalam debat “menjatuhkan” lawan.

Saya tidak mengkritisi paslo tertentu, karena sistem seperti itulah yang telah diterima sebagai "debat". Kasus seperti ini tidak terjadi di Indonesia saja, lihat bagaimana debat pemilihan presiden Amerika Serikat dipenuhi sindiran yang bahkan lebih parah. Tapi bagaimana bisa negara bersatu apabila calon pemimpinnya bersikap seperti itu?

Saya mengkritisi sistem debat yang berjalan.

Menurut Zainal Arifin Mochtar, moderator debat calon presiden yang lalu, debat berfungsi menggeser proses memilih dari emosional ke rasional. Hal ini terlihat berbalikan dengan adanya sindiran-sindiran terhadap pasangan calon pada debat cagub, bukannya kritik terhadap program yang ada.

Masalahnya apa, masalahnya ada ketika konflik itu berlanjut ke masyarakat. Jika dalam debatnya saja antara paslo sudah ejek-ejekan, apalagi pendukungnya. Pendukung yang tidak lain adalah rakyat itu sendiri. Kalau begitu, bagaimana debat dan proses pemilihan gubernur secara keseluruhan ini dapat menciptakan persatuan. Yakin setelah pemilihan bisa bersatu? Tidak ada yang protes ini-itu lah.

Lihat saja berbagai ejekan yang ada untuk setiap paslo yang ada di internet dan sosial media. Melihat kondisi ini, rasanya mengenaskan.

Dalam negara demokrasi, tentunya akan ada saat-saat seperti ini dimana rakyat akan memilih, dan pilihannya beda. Tapi, apa arti Bhinneka Tunggal Ika apabila tidak digunakan di sini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun