Jika kalian mahasiswa pasti kalian tidak asing dengan kegiatan PKM yang diadakan setiap tahunnya. PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) merupakan salah satu upaya yang dibentuk oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dalam memfasilitasi potensi yang dimiliki mahasiswa untuk mengkaji, mengembangkan, dan mewujudkan ide kreatif serta inovatif mahasiswa. Adanya PKM dapat mengasah kreativitas mahasiswa dalam hal menulis, berpikir sistematis, dan memecahkan masalah melalui karya tulis. Saat ini, terdapat 3 kelompok PKM, yaitu:
1. PKM 5 Bidang terdiri dari PKM-R, PKM-K, PKM-PM, PKM-PI dan PKM-KC
2. PKM-Gagasan Futuristik Konstruktif (PKM-GFK)
3. PKM-AI dan PKM-GT
Bicara mengenai PKM, saya teringat pertama kali mengikuti kegiatan PKM-P atau PKM Penelitian (menjadi PKM-R) pada tahun 2020. Tim kami yaitu Rizka Amelia, Putu Chandra, dan saya sendiri memilih untuk mengikuti PKM-P karena sesuai dengan topik yang kami rancang. Kami didampingi oleh Bapak Didik Priyandoko, S.Pd., M.Si., Ph.D. sebagai dosen pendamping kami. Untuk mengikuti kegiatan PKM ini, tahap pertama yang kami lakukan adalah membuat proposal. Tim kami mengajukan proposal dengan judul “Bioaktivitas ekstrak umbi dan daun singkong (Manihot esculenta) terhadap penyembuhan luka bakar”. Pada proses pembuatan proposal ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya adalah kesesuain persyaratan administrasi seperti data/identitas tim pengusul dan dosen pendamping, program yang diajukan harus sesuai dengan bidang PKM yang dipilih, format proposal dan penulisan harus disesuaikan dengan pedoman PKM yang berlaku. Proposal yang sudah disusun kemudian diunggah ke sistem SIMBelmawa. Setelah itu, kami menunggu hasil seleksi dan penilaian proposal yang dilakukan oleh tim penilai, serta menunggu pengumuman apakah proposal yang kami ajukan didanai atau tidak.
Pada tanggal 5 Agustus 2020, proposal kami dinyatakan sebagai peraih pendanaan PKM 5 Bidang Tahun 2020.
Kami melaksanakan kegiatan PKM ini dalam kurun waktu sekitar dua bulan dan dilakukan secara daring. Kegiatan yang dilakukan dicatat pada catatan harian (logbook). Adapun luaran yang harus dikerjakan, yaitu pembuatan laporan kemajuan, membuat artikel ilmiah berupa narrative review terkait penelitian dengan topik proposal yang kami ajukan, dan penyusunan laporan akhir. Selama kegiatan PKM berlangsung, pertama kali yang kami lakukan adalah berdiskusi dan melakukan studi literatur artikel yang terkait dengan penelitian kami. Kami mencari artikel penelitian terkait dengan aktivitas bahan kimia pada Manihot esculenta, senyawa fitokimia yang terdapat pada tanaman Manihot esculenta, mencari efek senyawa fitokimia terhadap penyembuhan luka bakar, mengetahui proses penyembuhan luka bakar pada hewan mamalia dengan menggunakan ekstrak daun dan umbi Manihot esculenta.
Setelah melakukan studi literatur, kami mulai menyusun laporan kemajuan dan narrative review dengan mengikuti format penulisan yang sudah ditentukan pada pedoman PKM. Selain itu, kami juga selalu berdiskusi dan melaporkan kegiatan kami kepada dosen pendamping. Narrative review yang kami susun di submit pada Journal of Biomedicine and Translational Research dan kami mengikuti seminar International Conference on Agromedicine and Medical Sciences (ICAMS) 2020.
https://www.youtube.com/watch?v=1vhtL51bHQM).
Karena proposal kami dinyatakan sebagai peraih pendanaan, sehingga kami wajib melaksanakan kegiatan yang dipantau dan dievaluasi oleh tim penilai melalui Penilaian Kemajuan Pelaksanaan PKM (PKP2) secara daring. Sebelum pelaksanaan penilaian, setiap tim PKM harus mengunggah logbook, laporan kemajuan yang disertai dengan bukti pendukung hasil pelaksanaan PKM dan penggunaan dana. Dalam kegiatan ini setiap tim PKM diminta untuk mempresentasikan kemajuan pelaksanaan PKM dan kegiatan lainnya yang sudah dilakukan, selama 10 menit (presentasi lengkapnya dapat dilihat pada link berikutKami menjelaskan bahwa terdapat beberapa senyawa fitokimia pada Manihot esculenta yang dapat dijadikan sebagai agen penyembuhan luka bakar, diantaranya flavonoid, alkaloid, saponin, dan tannin. Pemberian ekstrak daun dan umbi Manihot esculenta dalam sediaan gel pada hewan mamalia seperti tikus dan kelinci yang terluka akibat luka bakar, memberikan efek penyembuhan yang baik. Hal ini membuktikan bahwa Manihot esculenta berpotensi dalam proses penyembuhan luka bakar. Selain presentasi, kami juga diberi beberapa pertanyaan oleh tim penilai seputar kegiatan PKM yang sudah kami lakukan. Adapun beberapa penilaian yang dilakukan saat PKP2, yaitu penilaian untuk proposal (30%), laporan kemajuan (20%), narrative review (30%) dan presentasi (20%).
Setelah melaksanakan PKP2, setiap tim PKM wajib membuat laporan akhir dan narrative review lalu mengunggahnya ke laman SIMBelmawa. Kriteria laporan akhir dan narrative review disesuaikan dengan pedoman PKM. Luaran tersebut menjadi salah satu komponen penilaian kelas di PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) sebagai puncak kegiatan PKM.
Setelah melewati semua tahapan PKM, sayangnya tim kami tidak masuk ke tahap PIMNAS. Meskipun begitu saya pribadi sangat senang sekali memiliki pengalaman dalam mengikuti kegiatan PKM ini. Melalui program PKM ini dapat meningkatkan kreativitas dan wawasan, serta memberikan peluang bagi mahasiswa untuk mengembangkan potensinya terutama dalam kegitan ilmiah. Tunggu apa lagi? yuk ikut kegiatan PKM!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H