Perang Hamas dan Israel sudah berlangsung selama lebih dari satu tahun. Serangan yang dilakukan oleh Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober tahun lalu, telah membuat situasi geopolitik di Timur Tengah berubah secara signifikan. Pada tanggal 7 Oktober 2023, bertepatan dengan perayaan Yom Kippur bagi masyarakat Yahudi di Israel, secara dadakan serangan dilancarkan oleh Hamas ke wilayah Israel di sepanjang perbatasan Israel dengan Jalur Gaza. Ratusan warga Israel menjadi korban dalam serangan dadakan tersebut, beberapa perwira militer Israel juga ditangkap oleh milisi Hamas.Â
Bagi Israel, serangan yang dilancarkan oleh Hamas sama halnya dengan peristiwa Pearl Harbour, dimana saat itu ribuan pesawat tempur Jepang membombardir pangkalan militer Amerika di Hawaii. Banyak juga yang menyamakan serangan dadakan Hamas ke wilayah Israel tersebut, seperti kejadian hancurnya gedung WTC di Amerika pada tahun 2001 lalu akibat serangan teroris Al-Qaeda.
Akibat serangan dadakan yang dilancarkan oleh Hamas terhadap Israel, Tel Aviv pun murka kepada Hamas dan langsung menyerang secara brutal Jalur Gaza sebagai tempat markas utama militer Hamas. Bangunan-bangunan di Jalur Gaza pun hancur luluh lantak akibat serangan jet tempur Israel, bahkan infrastruktur penting bagi masyarakat di Jalur Gaza seperti rumah sakit pun tak lepas dari amukan jet tempur Israel. Tak ayal, Hamas kemudian merespon serangan Israel dengan meluncurkan ribuan roket dan proyektil ke kota Tel Aviv dan kota-kota lainnya di wilayah Israel. Meskipun sebagian besar roket dan proyektil berhasil di-intercept oleh sistem pertahanan udara Iron Dome milik Israel, namun beberapa diantaranya berhasil lolos dan jatuh di area terbuka di Israel.Â
Tak puas dengan meluluhlantakan bangunan-bangunan di Jalur Gaza, tentara Israel juga melakukan invasi darat ke wilayah utara dan selatan Jalur Gaza. Tentara IDF mengklaim bahwa invasi darat ke wilayah Jalur Gaza bertujuan untuk melucuti senjata dan roket yang disimpan oleh milisi Hamas, dan juga bertujuan untuk mengeliminasi milisi Hamas di Jalur Gaza. Secara umum, serangan Israel ke Jalur Gaza dinilai sukses, sebab saat ini Hamas tidak mampu lagi melancarkan serangan roket atau drone ke wilayah Israel dalam jumlah yang signifikan. Saat ini, bisa dikatakan bahwa kemampuan Hamas secara militer telah terdegradasi secara signifikan. Israel kini dengan leluasa melakukan operasi militer guna menghabisi sisa-sisa senjata Hamas dan milisi Hamas di Jalur Gaza.
Namun, para sandera dari warga Israel yang saat ini masih dalam penguasaan Hamas belum juga dapat bebas. Proses negoisasi genjatan senjata guna membebaskan para sandera sebenarnya telah berulang kali dilakukan, namun selalu berujung kepada kegagalan. Akibatnya, kini para sandera masih ditahan oleh milisi Hamas.
Bagaimanapun juga, pemimpin utama Hamas yaitu Yahya Sinwar dan Ismail Haniyeh kini juga telah tiada akibat serangan Israel. Hamas kini bukan hanya kehilangan sumber daya militernya, tetapi juga kehilangan sosok figur pemimpin utama mereka. Operasi militer yang dilakukan Israel terhadap Hamas bukan hanya membuat organisasi tersebut hancur dalam hal militer, tetapi secara politik organisasi Hamas juga telah tiada sebagai penguasa Jalur Gaza. Tetapi, dalam hal ideologi, Hamas masih tetap eksis dan masih menjadi cara pandang masyarakat internasional khususnya Palestina dalam menilai Israel. Butuh waktu bertahun-tahun atau lebih lama lagi untuk menghilangkan ideologi Hamas di Palestina.
Di sisi lain, di perbatasan sebelah utara Israel dan selatan Lebanon, Hezbollah yang diklaim sebagai organisasi politik dan militer terkuat di dunia, masih menjadi ancaman nyata bagi Israel. Sejak Oktober tahun 2023 lalu, Hezbollah juga ikut bersama dengan Hamas menyerang Israel. Meskipun ikut membantu Hamas, serangan yang dilancarkan Hezbollah hanya terbatas pada wilayah di sepanjang perbatasan Israel dan Lebanon. Serangan ini juga belum memiliki dampak yang signifikan bagi militer Israel.Â
Meskipun begitu, serangan yang dilakukan oleh Hezbollah sukses membuat warga Israel yang tinggal di dekat perbatasan sebelah utara Israel mengungsi untuk jangka waktu yang cukup lama. Berbulan-bulan sudah, sebanyak 60.000 warga Israel yang tinggal di wilayah sebelah utara kini mengungsi ke tempat yang lebih aman. IDF ( Israel Defense Forces ) dalam misinya di Lebanon, bertekad ingin mengembalikan warga Israel yang kini tengah dievakuasi kembali lagi ke tempat tinggal mereka semula.
Hezbollah yang pada mulanya merupakan organisasi militer yang kuat dan berkuasa penuh di Lebanon, kini mulai berada dalam situasi yang cukup sulit. Markas militer Hezbollah yang diklaim Israel sebagai tempat penyimpanan rudal dan roket kini tengah dibombardir oleh jet tempur Israel. Akibatnya, ribuan roket dan rudal itu hancur akibat serangan Israel. Hezbollah kini telah kehilangan sebagian besar kemampuan militernya dan sulit bagi Hezbollah untuk melakukan serangan ke wilayah Israel secara komprehensif. Jumlah rudal dan roket yang ditembakan oleh Hezbollah ke wilayah Israel kini sangat terbatas dan tidak menimbulkan dampak yang signifikan bagi militer Israel. Meskipun begitu, rudal dan roket yang ditembakan oleh Hezbollah ke wilayah Israel seringkali mengenai rumah warga yang tinggal di dekat perbatasan Israel dan Lebanon.
Peristiwa ledakan pager milik anggota Hezbollah yang terjadi secara misterius, juga merupakan salah satu bentuk operasi rahasia Israel yang dinilai sukses bagi sebagian besar orang. Meskipun IDF dan Mossad tidak mengklaim secara langsung bahwa merekalah dalang dibalik ledakan pager tersebut, tetapi tidak diragukan lagi bahwa Israel lah pelaku di balik ledakan pager itu.  Pengamat menilai bahwa pager yang digunakan oleh anggota Hezbollah sebagai alat komunikasi itu, telah ditanami bahan  peledak. Secara sengaja, pager tersebut diledakkan secara otomatis melalui perangkat elektronik yang dapat dikendalikan dari jarak jauh. Perangkat elektronik dan bahan peledak itu sendiri sebenarnya sudah terintegrasi dengan perangkat pager itu. Tetapi anggota Hezbollah tidak menyadari hal tersebut. Akibatnya, ribuan anggota Hezbollah di Lebanon terluka akibat ledakan pager yang mereka bawa dan simpan di kantung celana, atau dekat dengan bagian tubuh mereka.