Setiap pribadi sebenarnya mempunyai potensi serta kemampuan untuk menulis. Dalam rangkaian kisah hidup yang dijalani, setiap orang tentunya memiliki pengalaman, kisah serta sudut pandang yang berbeda. Untuk satu permasalahan saja setiap orang bisa menuliskan cerita yang berbeda, tergantung pada sudut pandang serta kemampuannya dalam mendeskripsikan hal tersebut. Tetapi kenapa hanya sebagian kecil orang-orang yang bisa menulis?
Hal ini terjadi karena ada mitos yang keliru sehingga berbagai macam ide serta keinginan untuk menulis tersebut hanya menjadi angan-angan semata tanpa menghasilkan sebuah karya. Tanpa disadari mitos tersebut tertanam dalam pikiran bawah sadar dan mempengaruhi pola pikir kita. Padahal mitos tersebut belum tentu benar mutlak seratus persen. Berikut di bawah ini akan diuraikan tiga mitos keliru yang membuat keinginan sebagian besar orang untuk menulis menjadi pudar.
Pertama, Menulis adalah bakat
Banyak orang yang beranggapan bahwa menulis itu adalah bakat yang dibawa semenjak lahir. Padahal kenyataannya bakat tersebut menempati urutan terakhir diantara sekian banyak syarat untuk bisa menulis. Syarat utama untuk bisa menulis adalah kemauan menulis. Setelah kemauan maka syarat berikutnya adalah menulis, menulis dan menulis ... :)
Jangan khawatir kalau hasil tulisan kita jelek dan tidak bermutu, karena setiap penulis pasti membutuhkan proses  untuk menjadikan tulisannya berbobot serta mempunyai kualitas. Penulis terkenal seperti Pramoedya Ananta Toer, Andrea Hirata dan Tere Liye sekalipupn pasti melewati rangkaian proses panjang untuk sampai pada tahap tulisan mereka bagus dan disukai banyak orang. Bagi kita yang pemula dan baru dalam dunia menulis maka tidak ada cara lain untuk meningkatkan kemampuan selain dengan cara terus melatih diri untuk menghasilkan berbagai macam tulisan. Belajar mengembangkan ide serta inspirasi yang bisa kita dapatkan dari lingkungan sekitar, pergaulan dengan teman atau pun pengalaman pribadi yang unik.
Kedua, Menulis itu membutuhkan "mood"
Banyak yang percaya bahwa untuk menulis itu harus menunggu "mood", harus menunggu datangnya inspirasi. Dan kalau perlu melakukan ritual menyepi dalam goa di puncak gunung untuk menyambut kedatangan ide serta mood untuk menulis. Pada hal secara sederhana yang diperlukan untuk menulis adalah pulpen dan kertas, kalau untuk menulis dengan tulis tangan. Atau kalau untuk mengetik yang diperlukan adalah mesin tik, komputer atau laptop. Walau pun diperlukan juga "mood" tersebut tetapi itu bukanlah syarat utama untuk memulai dan bisa menulis. Dengan kata lain porsinya tidak terlalu signifikan, bahkan bisa dibilang tidak diperlukan.
Ketiga, Menulis itu harus menggunakan bahasa yang rumit dan "spektakuler"
Hal tersebut sebenarnya hanya dilatar belakangi oleh ego dan gengsi pribadi. Tidak ada keharusan menggunakan bahasa yang rumit serta istilah-istilah yang membuat kening pembaca berkerut. Menulis sejatinya adalah menyampaikan ide, gagasan, cerita atau pengalaman kita kepada orang lain dengan tujuan agar orang lain mengerti, mengetahui, terpengaruh atau bahkan berpikir untuk melakukan sesuatu. Bagaimana mungkin tujuan itu akan tercapai kalau bahasa dan istilah yang kita gunakan terlalu rumit dan tidak dimengerti oleh orang yang membaca. Tugas seorang penulis adalah membuat orang lain mengerti dan menangkap makna dari tulisan, artinya penulis harus bisa menyederhanakan hal yang rumit.
Nah, itu tiga mitos keliru yang sering menghalangi sebagian besar orang untuk menulis. Kalau memang kita mau menjadi penulis dengan kualitas tulisan yang bagus dan dibaca banyak orang, maka tidak ada cara lain yang bisa dilakukan kecuali hanya dengan mulai untuk menulis ... menulis ... dan menulis ...!!!
Â