"Alhamdulillah, pada kesempatan yang berbahagia ini kita juga akan menyaksikan penyerahan sumbangan sebesar 20 juta rupiah dari Bapak Badu buat anak-anak panti asuhan ..." ujar seorang pembawa acara di sela-sela pemberian santuan untuk anak yatim piatu serta beberapa panti asuhan. Sang donatur yang disebutkan namanya lalu berjalan ke atas panggung dan memberikan sumbangan secara simbolis kepada salah satu pengurus panti asuhan, tidak ketinggalan sejenak berpose untuk dokumentasi baik media cetak maupun elektronik.
Seorang teman yang duduk di samping saya langsung bicara secara perlahan, "Itu kan riya jadinya, kalau memberi sumbangan didasari oleh sifat riya kan pahalanya menjadi hilang."
"Emang kenapa kalau dia riya, masalah buat elo?", jawab saya sambil tersenyum
Teman saya tersebut langsung menjawab, "Kalau niatnya memberikan sumbangan ya harus yang ikhlas dong, gak usah disebutkan nama apalagi jumlah sumbangan serta pakai diliput media segala. Percuma kalau masih ada sifat riya-nya, nilai ibadahnya jadi hilang dan tidak akan mendapatkan balasan apa-apa."
"Lantas kalau kita belum bisa menghilangkan sifat riya tersebut, sebaiknya jangan menyumbang dulu ya?", tanya saya lagi.
Teman saya tersebut cuma diam tanpa bisa memberikan jawaban.
"Kalau menunggu sampai setiap orang harus bisa ikhlas dulu buat menyumbang, kapan sumbangannya akan terkumpul?", lanjut saya. "Satu hal lagi, memangnya sumbangan yang diberikan buat anak yatim atau panti asuhan itu akan menjadi haram kalau orang yang menyumbangnya tidak ikhlas atau riya?"
Teman yang duduk disebelah saya hanya bisa terdiam dan kelihatannya tidak berminat untuk berbicara lagi, entah karena memang tersadarkan oleh kata-kata saya atau bisa jadi karena dia merasa tidak ada gunanya berdebat dengan saya ... hehehe
Tetapi menurut pendapat saya pribadi sebagai orang awam yang berpikirnya simpel ini, tidak menjadi masalah apakah seseorang tersebut menyumbangkan hartanya dengan niat untuk pamer, sombong, riya dan berbagai alasan lainnya. Yang terpenting adalah dia mau mengeluarkan hartanya untuk membantu dan meringankan beban orang lain. Perkara apakah amalannya tersebut diterima atau tidak oleh Tuhan, itu biarlah menjadi urusan dia dan Tuhannya.Â
Kalau pun saat ini Anda atau saya menyumbang dengan niat pamer tanpa disertai keikhlasan, itu pun masih lebih baik dan bermanfaat daripada harus menunda sampai hati ini bisa bersikap ikhlas 100%. Jadi tidak usah mengomentari dan bersikap menghakimi setiap orang yang menyumbangkan hartanya, nanti malah bisa menyebabkan semua orang bersikap apatis. Kalau sudah begitu siapa lagi nanti yang diharapkan oleh orang-orang yang memang membutuhkan pertolongan.
Denni Candra [FB : DenniCandra, Twitter : @CandraDenni]