Mohon tunggu...
Denny Erictama
Denny Erictama Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stop Menasehati Anak dengan Cara Membentak!

18 Maret 2016   09:12 Diperbarui: 18 Maret 2016   10:26 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="ilustrasi. sumber gambar : www.buahatiku.com"][/caption]Seringkali saya melihat anak yang di marahi orang tuanya. Entah itu anaknya emang nakal ataupun orang tuanya yang sedang ada masalah. Perlu di pahami bahwasannya mendidik anak dengan marah-marah itu sangatlah tidak baik bagi perkembangan psikologis anak. Misalnya saja yang terjadi pada tetangga rumah saya. anaknya yang masih SD selalu dimarahin orang tuanya, bahkan tidak jarang orang tua tersebut membentak anaknya. Saya merasa kasiahan dengan anak tersebut. karena bagi saya, mendidik anak tidak harus dengan marah-marah ataupun membentak anak tersebut. intinya kalau kita bisa mendidik anak tersebut dengan cara yang baik, kenapa juga harus mendidik dengan sikap marah. Malah kita sendiri yang bakalan capek karena marah-marah. 

Anak kecil mempunyai masa dimana dia akan selalu menirukan apa yang di lihat dan di dengar. dan masa tersebut adalah masa golden ages (masa keemasan) dengan usia 5 tahun ke bawah. Berarti kalau kita mendidik anak dengan sikap marah itu berarti sama halnya kita menyuruh anak tersebut untuk melakukan seperti apa yang kita lakukan. Meskipun begitu tidak menuntut kemungkinan bahwa anak di atas usia 5 tahun tidak menirukan apa yang di lakukan orang tuanya. Karena anak yang masih berada di bangku sekolah dasar adalah masa anak yang selalu mencari tahu apa yang belum dia ketahui dan masa anak untuk mencoba hal baru dalam hidupnya.

Dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa, satu kali bentakan yang kita lakukan kepada anak kecil itu dapat merusak milyaran sel-sel otak pada anak. menurut Lise Gliot (dari Fakultas Kedokteran Chicago) berkesimpulan bahwa anak yang masih berada di masa golden ages yang mendengar suara keras akibat bentakan dari orang tua dapat menggugurkan sel otak anak yang sedang tumbuh. Beda halnya saat orang tua khususnya ibu saat memberikan belaian lembut kasih sayang kepada anak atau saat ibu memberikan asi kepada anak, maka rangkaian otak pada anak akan terbentuk indah. Itu merupakan penelitian yang di lakukan oleh Lise Gliot yang di lakukan kepada anaknya sendiri. Lise Gliot memasang kabel perekam otak yang dihubungkan langsung dengan monitor untuk bisa di lihat setiap perubahan yang terjadi pada otak anaknya. Lise Gliot mengatakan bahwa Hasilnya sangat mengejutkan, saat menyusui terbentuk rangkaian indah pada otak anaknya, namun saat anak tersebut terkejut dan ada sedikit bersuara keras pada anaknya, maka terdapat rangkaian indah menggelembung seperti balon, lalu pecah berantakan dan terjadi perubahan warna. 

Dari penelitian tersebut sudah jelas bahwa mendidik anak dengan sikap marah itu akan sangat mengganggu perkembangan anak tersebut. karena anak hanya bisa diam dan menangis saat di marahi, berbeda dengan anak yang sudah menginjak remaja yang sudah bisa mulai untuk melawan atau mempertahankan argumennya terhadap orang tua. Oleh karena itu pengaruh sikap marah dari orang tua terhadap anak sangat mempengaruhi perkembangan otak anak.jika hal tersebut dilakukan secara tidak terkendali, maka bukan tidak mungkin lagi akan menggangu otak anak itu sendiri yang berimbas terjadinya kenakalan saat anak tersebut beranjak dewasa.

Saat anak di marahi dengan  bentakan, maka akan timbul sebuah ketidakpercayaan pada anak, dan anak pun akan menjadi penakut terhadap orang tuanya sendiri. Dari hal tersebut akan tumbuh respon memberontak dari anak kepada orang tua. Menurut Dr. Laura Markham yang di lansir dari parents.com, anak akan cenderung menutupi diri secara emosional. Maka hal itu akan menyebabkan terjadinya hubungan yang tidak sehat antara orang tua dan anak di kemudian hari.

Ada banyak akibat jika melakukan pola asuh anak dengan cara Membentak. Seperti contohnya anak akan menjadi minder dan takut untuk mencoba hal yang baru, anak menjadi tidak percaya diri, memiliki sifat pemarah seperti orang tuanya, memiliki sifat egois, judes, menentang, keras kepala, suka membantah nasehat atau yang di perintahkan orang tuanya, memiliki sifat pribadi yang tertutup, suka menyimpan permasalahannya sendiri tanpa di ceritakan kepada orang tuanya karena takut di salahkan dan anak akan menjadi adaptis, tidak peduli dengan lingkungan.

Jadi sebenarnya tidak perlu mendidik anak dengan cara membentak seperti itu. Ada banyak cara kok buat menghindarkan diri dari berteriak kepada anak. contohnya bersikap tenang saat akan marah terhadap anak, disiplinkan anak dengan cara yang positif, nasehati anak dengan bahasa yang lembut dan halus, ajari anak supaya anak tersebut mau mengekspresikan semua perasaan yang menjadi unek-unek kepada orang tua, berikan peraturan yang jelas kepada anak, misal peraturan waktunya belajar dan menoonton tv haruslah berbeda, saat akan marah maka peluklah anak atau elus lembut rambutnya sambil di nasehati, sering-sering ucapkan kata-kata motivasi seperti “Kamu Pintar atau Kamu Hebat” supaya anak semakin percaya diri, berikan hadiah kepada anak jika anak mempunyai prestasi meskipun di lingkup keluarga, dan yang terpenting adalah jadilah pribadi sebagai contoh yang baik bagi anak.

Bagi semua orang tua dan calon orang tua, mari kita didik putra putri kita dengan sebaik-sebaiknya sesuai dengan perkembangan anak. agar anak dapat berkembang menuju kedewasaannya dengan baik. Meskipun hanya sedikit tulisan ini, semoga ada perubahan yang lebih baik tentang pola asuh atau cara mendidik anak di kemudian hari. 

 Semoga bermanfaat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun