Menjelang akhir tahun, biasanya kita selalu berusaha untuk membereskan barang-barang yang menumpuk entah di meja kantor, di kamar rumah, atau di loker penyimpanan. Ingin rasanya membuang hal-hal menggunung yang sudah  tidak berguna lagi, tapi terkadang membuang barang-barang kenangan tersebut sama susahnya dengan menghilangkan kenangan mantan pas reunian.Â
Berbicara mengenai sortir menyortir atau berbenah, mungkin kita bisa mencontoh dari budaya orang Jepang, Danshari namanya. Kalian bisa melihat tayangan Danshari : Deny Dispose Detach di kanal televisi berbayar WakuWaku Japan atau Youtube. Di setiap episodenya, hadir seorang pakar yang mengunjungi rumah klien untuk memberikan tips berbenah. Biasanya setelah melihat kekacauan yang terjadi  berupa tumpukan-tumpukan barang yang di miliki si empunya rumah, sang pakar akan mulai mengajak berbincang dengan pemilik rumah.Â
Di sesi berbincang inilah tawaran untuk melakukan Danshari tersebut dimulai. Lantas, apa sih DanShari itu? Di dalam Danshari, ada tiga konsep utama yang harus dilakukan, yaitu ( dan - menolak ), (sha-membuang), (ri-berlepas diri ). Ketiganya adalah sebuah kesatuan, jadi melakukan Danshari adalah sebuah proses, terkadang kita akan tergoda untuk menyudahinya namun tidak akan ada hasil yang indah bukan jika prosesnya terlalu mudah
Tiga Tahap Danshari
Tahap pertama (dan - menolak). Sebuah penolakan kadang menyakitkan, tapi di Danshari itu adalah kunci awalnya. Tidak jarang, kita sering membeli berbagai barang yang tidak kita rencanakan lalu berakhir dengan membelinya padahal nantinya barang tersebut tidak pernah kita pakai sama sekali. Di tahap inilah, kita harus tegas untuk menerapkan (dan) ini saat ingin berbelanja. Mencoba menahan sambil berpikir apakah memang barang tersebut benar-benar ingin kita beli? Apalagi di saat situasi pandemi Covid-19 seperti saat ini yang membuat kita harus berhemat dan cermat. Bisa saja dengan menahan diri teresbut kita bisa menggunakannya untuk keperluan lain yang lebih membutuhkan.
Tahap kedua (sha - membuang). Di bagian ini kita membuang barang-barang yang tidak diperlukan. Nah, tahap ini rasanya mulai susah. Gimana gak? Enak saja membuang barang-barang yang memiliki makna tersendiri bagi kita, lalu membuangnya begitu saja. Sekali lagi, tidak mudah tapi Anda juga harus melihat tumpukan yang sudah menggunung tadi bukan. Jadi mulailah dengan mengumpulkan barang-barang tersebut, contohnya baju. Gunakan kelima panca indera Anda untuk memilahnya.Â
Pegang baju tersebut, kalau perlu gunakan hidung Anda untuk menciumnya, jika memang timbul kebahagiaan di diri Anda, maka letakkan di bagian yang ingin tetap Anda simpan. Tapi jika dengan segenap daya panca indera Anda ternyata baju tersebut tidak menimbulkan getaran kebahagiaan. Ya sudah, buang saja. Biasanya proses memilah ini adalah proses yang paling membutuhkan waktu lama. Di salah satu episode program Danshari, si empunya rumah bahkan membutuhkan waktu 1 bulan hanya untuk memilah. Ingat prosesnya jangan terbawa keinginan untuk instan, lakukan perlahan satu demi satu untuk barang yang ingin Anda pilah.
Tahap ketiga (ri - berlepas diri). Lepasin aja, yang udah ya udah. Tahap ini adalah tahap ujian tentang rasa syukur bahwa tidak semua hal harus kita miliki. Merelakan sesuatu adalah bentuk  bahwa kita sudah mendapatkan apa yang memang kita butuhkan bukan yang kita inginkan. Mungkin di tahap inilah karakter kita sejatinya akan diuji dan dibentuk .Â
Setelah menerapkan Danshari, kita bisa merasakan esensi gaya hidup minimalis atau mungkin juga bisa berlaku layaknya filantropis. Barang -barang yang sudah dipilah tadi bisa dijual, lalu hasilnya bisa  disumbangkan bagi mereka yang membutuhkan. Mantap sudah, kini perubahan yang nyata benar-benar terjadi . Kita tidak lagi menumpuk hal-hal yang sudah tidak kita butuhkan, lalu dengan gaya hidup minimalis ini kita bisa menabung untuk hal-hal yang lebih berfaedah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H